SALING BERBAGI UNTUK SEMUA

Selasa, 12 Februari 2013

BADAI HIDUP DIANA


Badai Hidup Diana

Cerpen Metanisa Rofi Hamtina
GalauHari ini adalah hari yang buruk bagi temanku, Diana. Karena, dua jam yang lalu, dia telah resmi menjadi seorang buah hati yang berasal dari keluarga broken home. Bisa terbayangkan, bagaimana tersayatnya perasaan temanku dan kedua saudaranya, ketika palu kuasa telah dibunyikan oleh hakim sebanyak dua kali. Menandakan, bahwa kedua orang tuanya telah resmi bercerai.
Aku menahan nafas sejenak. Kukira Diana adalah manusia yang beruntung. Terlahir dari keluarga kaya raya. Segala kebutuhan dan keinginannya dengan mudah dapat terpenuhi. Tetapi kejadian dua jam yang lalu yang menimpanya membuatku tersentak tak percaya. Bagaimana mungkin kedua orang tuanya bercerai? Perasaan selama ini, aku memandang keluarganya cukup harmonis. Tak nampak sedikitpun guratan yang memberi kesan rumah tangga retak.
Kumelangkah menuju lemari baju. Kuraih handphone china milikku dan kubuka conversation. Terdapat riwayat sms-an ku dengan Diana pagi tadi. Sekitar pukul sepuluh hingga pukul sebelas tepat. Kupandangi satu persatu pesan dari dia dan balasan dariku. Air mataku hampir saja tumpah, seakan aku merasakan apa yang dirasakan temanku itu. Kututup conversation, aku nonaktifkan handphone dan beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh muka.
Adzan Subuh berkumandang di segala penjuru. Berpadu dengan suara kokok ayam jantan dan cicit burung yang bersahutan. Menambah syahdu suasana fajar. Aku segera bangkit dari tempat tidurku. Ketika aku akan beranjak menuju mushola rumah, handphone ku bergetar. Satu pesan diterima, dari Diana.
Ra, hari ini berangkat pagian ya, please! Aku butuh teman curhat.” From : Diana.
Aku menghela nafas, pasti masalah keluarganya. Aku hanya tersenyum dan meletakkan handphone-ku, lalu menuju ke mushola rumah.
Jam enam lebih lima belas menit, aku telah sampai di depan kelasku. Pintunya masih dikunci, kuncinya di pak penjaga. Aku segera menyusuri koridor, mencari keberadaan Diana. Setelah lima menit mencari, akhirnya aku menemukannya. Sesosok gadis dengan seragam OSIS berjilbab. Dihiasi bross bunga berwarna pink menggantung di kerudungnya. Yeah, itulah Diana. Dia sedang menangis di bangku taman, aku segera mendekatinya. Dia tersenyum menyambut kehadiranku. Aku duduk di samping kanannya sambil mengambil buku novel dari tasku. Diana lalu menatapku dengan matanya yang sembab.
Zahra, kamu mau membaca atau mau mendengarkan curhatku?” tanya Diana antusias.
Aku kaget mendengar perkataannya barusan. Kusegera menutup novelku dan memasukannya ke dalam tas.
Sorry Diana. Kukira kamu belum siap curhat. Makanya, aku menunggumu. Baiklah, aku mau mendengarkan curhatmu, ceritalah,” kataku kemudian.
Diana menarik nafas dalam, menatapku, lalu bercerita. Sesekali dia menangis. Aku berusaha menenangkan dan menghiburnya. Ya Allah… berat nian cobaannya.
Setelah shalat Isya dan belajar, aku menuju kamarku. Aku merenungi nasib buruk yang menimpa Diana. Benar-benar miris! Dia mendapatkan hak asuh ayahnya bersama kakaknya. Sedangkan adiknya mendapat hak asuh ibunya. Diana yang selalu membanggakan ayahnya, menganggap ayahnya adalah orang baik. Ternyata diam-diam suka main perempuan. Aku tak bisa membayangkan, bagaimana rasanya mempunyai ayah seperti ayahnya Diana. Dan pada saat itu Diana pasti terpukul. Dia kini mengetahui mengapa ibunya menggugat cerai pada ayahnya. Wanita mana yang mau dipermainkan oleh lelaki, terlebih lelaki itu adalah suaminya sendiri?
Ditambah lagi, Diana hampir saja kehilangan keperawanannya. Ray, pacarnya hampir saja memperkosanya. Diana dengan sekuat tenaga menghindar dari kebejatan nafsu Ray. Akhirnya dia berhasil dan berlari dari kejaran Ray yang dalam kondisi mabuk plus penuh nafsu birahi. Diana pun tak menyangka dengan Ray. Dia kira Ray adalah anak yang pendiam, cerdas, dan asyik. Ternyata di balik itu, dia adalah seorang yang amoral. Dia gemar keluar malam, pergi tidak jelas, dan gemar melampiaskan nafsu yang ada pada dirinya dengan menghalalkan segala cara, Naudzubillah….. Diana sangat terpukul. Karena, baru sekarang dia mengetahui semua kebejatan Ray, bagaimana Ray yang sesungguhnya
Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam tepat, mataku sudah tak mampu lagi tuk merekah. Aku memperbaiki posisi berbaringku, kulantunkan doa tidur dalam hati. Lalu aku memejamkan mata. Ahh… aku berharap hari esok lebih baik dari hari ini, untuk diriku terutama Diana. Semoga aku bisa membantunya dalam menyelesaikan masalah beratnya.
Semester satu telah berakhir. Diana bercerita semua masalahnya ketika hari pertama class meeting. Kini pembagian raport telah tiba. Ibuku dengan senyumnya yang menawan menghampiriku sambil membawa raportku. Ternyata, aku berhasil masuk sepuluh besar di kelas. Alhamdulillah…..aku sangat bahagia. Tiba-tiba, mataku tertuju pada Diana. Dia tidak menunjukkan wajah bahagia sepertiku, wajahnya sangat murung. Ayahnya sudah pulang dari tadi. Ternyata prestasinya menurun drastis, dia mendapat peringkat terakhir di kelasku. Aku tak menyangka, ternyata masalah berat yang dialami Diana berpengaruh pada nilai akademisnya.
Aku berusaha memberi ketenangan, nasihat, dan motivasi. Setelah itu senyumnya mengembang. Dia mengucapkan terima kasih kepadaku dan memelukku erat. Sungguh, aku mendapat pelajaran berharga, bahwa jangan melihat seseorang dari sisi luarnya saja. Barangkali kita perlu mencoba memahami sesuatu yang tak terlihat pada dirinya. Lalu, ketika mendapatkan masalah berat, berusahalah ikhlas karena Allah bersama hambanya yang mau berusaha, berdoa, dan tawakal. Janganlah terlalu dipikirkan karena hal itu hanya akan berakhir dengan penyesalan yang tak ada penyelesaian. Ini seperti yang dialami temanku, Diana.

ARTI SEBUAH SENYUMAN

Arti Sebuah Senyuman
Hujan turun begitu deras saat bunda pergi kedalam pelukan-Nya. Air mata tak bisa berhenti mengalir seperti hujan yang tak henti jatuh , saat kulihat wajah bunda yang tersenyum damai. Aku terus menatap mata bunda, mata yang selalu membuat diri ini tersenyum, tapi senyuman ku sekarang terkunci rapat. Hanya tangisan dan teriakan yang menyebut “BUNDA”. Seseorang yang tak a sing lagi datang menghampiriku seseorang yang dulu menggoreskan luka dihatiku dan yang lebih menyakitkan dihati bunda. Seseoranng itu adalah Ayahku sendiri yang meninggalkan kami disaat bunda sedang sakit gara-gara wanita yang membuatnya buta. Aku tak ingin dia menatap wajah bunda yang begitu suci tak ingin wajah bunda yang begitu damai bertemu dengan lelaki seperti dia yang telah membuat bunda semakin parah penyakitnya dan sampai bunda dibawa oleh yang di atas.

“pergi kamu jangan dekati bundaku”teriakku menghalangi tubuh bunda yang sudah kaku.
“tasya maafkan ayah ”dia berusaha memelukku tapi aku melepaskan pelukan itu
“ayah? ”aku tertawa kecut
“ayahku sudah mati, mati karena wanita lain sekarang aku anak yatim piatu. Anda puas”aku membentak dengan tangisan yang tak bisa dibendung.
“tasya sudahlah biarkan ayahmu melihat bundamu”ujar bibiku.

“tasya tak rela kalau orang ini melihat wajah bunda yang begitu damai, tasya tak mau bunda menangis bibi ”aku semakin menangis. Tubuhku lemas, dan “BRUGGG” tubuh lemahku terjatuh pingsan.
Aku melihat bunda begitu sehat tersenyum indah padaku memakai baju putih yang indah disebuah padang ruput yang hijau, aku berlari dengan senyuman. Tapi bunda semakin menjauh, aku mulai gelisah dan terus berlari tapi bunda terus menjauh aku mulai menangis dan aku terbangun , itu hanya mimpi. .
“tasya. . . kamu sudah sadar”Tanya bibiku
“bunda dimana?”tanyaku pada bibi. Dia memelukku dengan tangisannya
“tasya ibumu sudah dimakamkan, tasya kamu harus kuat dalam menjalani cobaan hidupmu. Bibi yakin kamu pasti bisa melewati ini semua”Bibi menangis membasahi bajuku. Aku tterdiam sekarang aku sendiri bunda sudah ada dalam pelukan-Nya. Maaf bunda Tasya tak bisa mengantar bunda . aku menangis bersama pelukan Bibi.

***
Sudah seminggu setelah bunda pergi, aku menjadi pendiam tak ada senyuman lagi dimulutku ini, tak ada keceriaan yang tampak diwajahku yang ada hanya kesedihan. Di sekolah aku menjadi penyendiri walau sahabat-sahabatku selalu menyemangatiku tapi itu tak bisa merubah segalanya.
“Tasya kamu mau ikut aku ketemu dengan Nugi, dia bawa temannya yang menurutku dia baik. Ayolah Sya ikut aku ya” ujar temanku yang menarik-narik tanganku.
Aku menghela napas “hah”.

“maaf Nita aku gag bisa, aku lagi gag mood”ujarku dengan wajah murung
Dia menarik tanganku.

“pokoknya kamu harus ikut, mereka nunggu kita di taman ” Nita memaksaku ikut , ya apa boleh buat aku pun mengikuti keinginannya.
Kita sudah sampai ditaman di tengah sekolah kami.
Terlihat dua orang pria yang tersenyum pada kita. Ku lihat Nita sangat senang bertemu sang pujaannya.

“hay maaf ya lama nunggunya”.
“kenalin ini temanku Tasya imutkan ?”
Mereka tersenyum
“hay aku Nugi pacar Nita”senyumnya sambil memberikan tangannya padaku
“tasya”ujarku yang tersenyum terpaksa

“aku Yudis temanya Nita dan Nugi”senyumnya yang juga memberikan tanganya
“tasya”kami pun bersalaman. Aku seperti orang bodoh berada ditengah tengah orang yang sedang saling jatuh cinta, aku iri nita tertawa lepas .sedangkan aku hanya diam tak ada yang bisa buat aku tersenyum seperti nita. Yudis mendekatiku dan memberikan selembar kertas yang berisi puisi
Arti Hidup
semuanya terasa begitu hamoa
tak ada lagi klasih sayang yang kurasakan
ini begitu sulit ini begitu asing bagiku