SALING BERBAGI UNTUK SEMUA

Selasa, 22 Oktober 2013

YOU ARE
Karya Fida Amatullah

Sepulang UTS, dua bulan yang lalu saat semuanya bermula…
Silla memarkirkan motornya di emperan warung. Sedangkan aku hanya bersungut-sungut, tadi Silla mohon-mohon supaya aku ikut dengannya dari sekolah. Entah apa yang ia lakukan, padahal aku ingin istirahat. Terus sorenya belajar buat besok lagi.
“Sil, Lo kesini ngapain sih?”
“Lihat aja deh kak” katanya.
“Tapi Sil” kataku. “Kok ada anak angkatan gue, sendirian lagi” tanyaku sedikit takut melihat anak cowok yang sedang memainkan sesuatu.

Silla terlihat malu-malu, “Aku mau ngobrol sama dia kak”
“Sil??” aku terlihat shock. “Lo serius??” dan aku malu karena cowok itu menoleh!
“Hei Kak” Silla langsung menyapa cowok itu dan langsung turun dari motor dan masuk ke kedai emperan.
“Hei” balasnya. “Ini temen lo? bukannya dia anak angkatan gue ya?”
Dia tahu gue! Pikiranku tak menentu. Aku tahu sedikit cowok ini, dia biasa dipanggil Finn, kelas XI IPS 1 mantan anak X.1. Sebenarnya aku menyukai cowok ini semenjak kami masih kelas sepuluh. Namun kami tidak saling mengenal. Habis, kelas cewek-cowok terpisah sih dan sekolah mengatur hubungan cewek-cowok di sekolah dengan cukup ketat.
“He..he.. iya kak” Silla pun nyengir. “Dia kakak kelas gue dari SMP”
“Ooh..” dia meangguk dan kembali tertunduk.

Dan benar saja, mereka asik ngobrol sendiri sedangkan aku bengong ditemani segelas jus alpukat (di traktir Silla soalnya aku nggak punya duit).
“Finn, Kok lo mau sih ladenin ajakan dia” tiba-tiba aku angkat bicara. “Rumah lo kan jauh?”
“Kok lo tahu?” dahinya terlihat mengerut.
“Gue pernah ngeliat lo dihukum gara-gara telat” jawabku.
“Ooh” dia meangguk.
“Silahkan, kalian mengobrol lagi” kataku tanpa mau memikirkan apapun lagi.
***

“Sil, lo rada sedeng ih” kataku saat kami dalam perjalanan pulang. “Anak Al-Falah tuh ada yang rumahnya di sini tahu, bahkan alumni aja ada. Apa nggak nyari masalah nih?”
“Kalau kataku mereka biasa aja” kata Silla. “Tapi nggak tahu juga kalau kepergok guru”
“Lo emang nggak pernah sms-an sama dia?”aku balik bertanya.
“Nggak, Ngomongnya cuma di twitter. Tapi kalau twitter males, suka di stalkerin sama kakak kelas mulu”
“Ya elah, angkatan gue juga sama kali pas kelas sepuluh” jawabku. “Tapi kok lo bisa kenal sama dia?”
“Dia yang mention aku duluan” jawabnya. Aku meangguk,
“Terus yang ngajak ketemuan siapa?” tanyaku. “Dia atau lo?”
“Nggak tahu” jawabnya. “Kayaknya dia, tapi aku juga penasaran orangnya yang mana”
Dalam hati aku geleng-geleng kepala, berani juga tuh anak pikirku tentang Finn.
***

Aku dan teman-temanku sedang tertawa-tawa di sebuah kursi panjang dekat tukang cimol di bilangan Graha ketika suara cowok menyentak kami.
“Ara!” kami langsung menoleh, dan ternyata Rio pacarnya Ara bersama teman-temannya. Dan ternyata ada Finn juga di situ.
“Ciye… Ara” ledek Gita. “Samperin tuh pacarnya”
“Iih… Ara bikin envy” kata Hana yang hubungan pacarnya termasuk LDR. Ara pun hanya nyengir lalu bangkit mengahmpiri pacarnya.
“Ma..Alma..” panggil Farras yang duduk di depanku. Aku langsung menoleh dan Farras memeragakan ekspresi yang sering ia lakukan kalau Finn muncul (dari kelas sepuluh). Aku langsung menyikut kakinya (biasanya sih mukul lengannya, tapi posisinya lagi nggak tepat).

Di antara kumpulan ini, memang cuma aku, Gita dan Farras yang jomblo. Selain Hana, Syifa juga LDR dengan pacarnya yang berada di Bandung. Sedangkan Gita yang baru putus dari pacarnya sedang PDKT dengan anak angkatan kami. Setelah puas jajan. Kami bersiap-siap untuk pulang
“Ara!” panggil Gita. “Ayo, kita udah mau cabut nih!”
“Iya!Iya!” balas Ara, dia pun tampak menyelesaikan pembicaraannya dan langsung menghampiri kami.
“Hoi” aku yang baru saja menaiki sepedaku menoleh. Ternyata Finn.
“Gue mau nitip buat Silla” dia menyerahkan secarik kertas. Tak sengaja aku membukanya, ternyata nomornya. Aku meangguk.
“Mestinya lo duluan lah yang sms-in dia” kataku. “Dia bakal malu kali kalau mulai duluan”
“Habis gue nggak tahu nomornya sih” kata Finn. “Lo tahu?”
“Tahu sih” jawabku.
“Kalau tahu, lo sms-in nomornya ke nomor itu” kata Finn. “Ntar gue yang mulai”
“Ya udah deh” kataku. “Gue bilang dulu ke anaknya” aku pun memasukkan secarik kertas itu ke dalam tas.
“Thank’s ya” katanya. Aku meangguk, tak ku pedulikan ekspresi teman-temanku. Nanti akan ku jelaskan pada mereka. Maklum, mungkiin karena aku yang bukan anak yang eksis mendadak dekat sama cowok,.
***

Tak terasa UTS pun berlalu dan kami beralih pada rutinitas semula. Berangkat jam tujuh pulang jam 4. Banyak tugas, ulangan, apalagi kalau sudah penjurusan. Kegiatan OSIS dan ekskul juga nggak kalah seabreknya. Pokoknya semuanya serba seabrek deh. Tapi aku belum mendengar lagi kabar hubungan Silla-Finn. Biarin lah, toh mungkin sudah sering sms-an.
“Halo ini siapa?” tanya ku di HP. Heran, siapa lagi yang ngehubungi gue jam sepuluh?
“Ini gue Finn” jawabnya. Dahiku mengerut.
“Kenapa?” tanyaku. “Lo mau nanya tentang Silla?”
“Iya” jawabnya. “Gue lagi bingung nih”
“Finn” kataku. “Lo udah pacaran sama Silla?” tanyaku. Dia tampaknya terdiam.
“Belum” jawabnya. “Gue aja belum nembak dia”
“Bener?” tanyaku. “Kata-kata lo kurang meyakinkan nih”
“Beneran” katanya. “Serius”
“Terus lo mau ngomongin apa tentang dia?” tanyaku.

Akhirnya tentang salah satu cowok yang mention Silla yang katanya teman Silla semasa SMP yang pernah nembak Silla, tapi Silla tolak. Sepertinya Finn penasaran tentang cowok itu.
“Hmm gue nggak terlalu tahu juga sih kalau soal cowok SMP gue” jawabku (pasti Finn kecewa). “Tapi kata temannya, dia memang kenal sama anak cowok sana gara-gara ngikut teman-temannya yang bandel dan gara-gara itu dia kena SP”
“Hah serius?” Finn terdengar kaget. “Cuma gara-gara kenal cowok? Lebai banget”
“Yahh.. namanya juga SMP gue” jawabku. “Tapi sih gue mikirnya mungkin karena mereka janjian sama anak cowok malem-malem. Angkatan dia memang rada sedeng sih”

Akhirnya percakapan melebar membicarakan angkatan kami semasa SMP. Lalu kini beralih ke masa-masa kelas sepuluh. Dari masa-masa MOPDB hingga kejadian sehari-hari di kupas habis. Hingga kegiatan OSIS semasa kelas sepuluh.
“Dulu gue lega banget pas tahu punya patner cewek di sekbid tempat gue tugas” kataku. “Di sekbid lain dari tiga orang duanya cowok semua”
“Bearti cowok di sekbid kamu cuma satu?” tanya Finn. “Siapa?”
“Ivan” jawabku.
“Dia kan cowok idola anak angkatan sama adek kelas” jawabnya. “Beruntung dong”
“Hmmm lumayan sih” aku mikir-mikir. “Nggak ah, nggak ada perubahan dalam hidup gue”
“Emang lo nggak suka sama dia?” tanya Finn. “Dia kan cakep”
“Yahh.. ada sih perasaan itu sedikit lah” jawabku. “Mungkin karena tampangnya” dia pasti nggak tahu atau pura-pura cuek kalau aku suka sama dia dari kelas sepuluh.
“Oh iya gue pengen nanya” kataku. “Gimana ceritanya lo bisa kenal sama Silla?”
“Hmm..” dia tampak berpikir. “Gue tertarik aja pas ngeliat namanya di twitter, ternyata dia adek kelas gue. Gue belum tahu kalau ternyata dia anak populer, terus gue mention dia”
“Kalau gitu lo beruntung dekat sama dia. Anaknya baik, perhatian, cantik lagi” kataku.
“Thank’s. Eh, sekarang udah jam sebelas nih” kata Finn. “Nggak pa-pa gue ganggu lo?”
“Sedikit” jawabku. “Tapi lo beruntung karena ini malam minggu. SMP gue pernah ngobrol sama Silla sampai jam dua belas”
“Ya udah, met tidur ya” kata Finn. “Sorry kalau gue ganggu lo”
“Sip” jawabku. Akhirnya percakapan terputus.
***

Dan tanpa di duga hal itu membuat aku semakin dekat dengan Finn (hal yang dulu masih antara nyata dan tidak). Aku jadi ladang curhatnya tentang Silla atau hal yang lain (dia menjadi orang kedua tempat aku cerita selain Farras). Terkadang kalau HP nya lagi disita, Silla pun menitip pesan untuk Finn. Dan menurutku hubungan mereka masih stuck. Finn belum nembak Silla, entah belum atau nggak pingin. Soalnya Silla juga nggak ingin pacaran dulu.
Aku jadi suka ngeledekin Finn. Dia menjadi sasaran cowok pertama yang suka ku ledek kalau keadaan memungkinkan (kalau timingnya salah itu namanya nyari masalah), setelah tiga tahun (empat sama kelas sepuluh) aku nggak pernah berhubungan dengan yang namanya cowok. Dan tanpa diduga Finn sering ngeledeikn aku dengan Ivan (padahal aku sama Ivan udah nggak satu sekbid lagi). Aku curiga, jangan-jangan Finn stalkerin twitterku lagi. Tapi twitterku kan jarang aktif.
***

“Menurut Kak Alma, Kak Finn gimana?” tanya Silla, saat Silla menelpon.
“Hmm.. Keliatannya cuek, berantakan, tapi bukan termasuk orang yang PeDe” aku tampak mikir-mikir. “Tapi kadang-kadang dia nggak terduga. Kenapa memang” dia pun memberikan jawaban yang mengejutkanku.
“Sifat kakak sama kak Finn mirip tahu” kata Silla. “Kalian cocok kalau pacaran”
“Masa sih?” tanyaku. “Cius? Miapah?”
“Serius kak” jawab Silla. “Kalian berdua tuh cocok” mendengar hal itu aku hanya terdiam.
***

“Silla nggak tahu kalau aku suka sama Finn dari kelas sepuluh” kataku pada Farras saat menjelang sholat dzuhur.
“Tapi dia bilang gitu ke kamu?” tanya Farras. Aku meangguk.
“Kalau aku pacaran gimana Far?” tanyaku.
“Hmm…” Farras yang biasanya konyol kini terlihat serius. “Itu pilihan kamu Alma. Tapi… pasti ada yang berubah kalau kamu pacaran”
***

Aku membaca percakapan sms yang terjadi seminggu yang lalu antara aku dan Finn.
Alma ada yg pengen gue omongin ke lu
Kenapa Finn? Tentang Silla?
Bukan. Alma Gue suka sama lo. mau nggak lo jadi pacar gue?
Walaupun sudah seminggu, aku tetap terdiam embaca sms itu. Sebenarnya aku girang di tembak sama dia, banget malah. Tapi.. ada sesuatu yang menghadangku untuk menerima dia.
Jujur saja, aku belum pernah pacaran selama lima belas tahun. Dan aku hanya ingin cinta itu bersemi saat sudah waktunya yaitu saat aku dewasa dalam jalur yang bernama pernikahan. bukan sekedar pacaran yang berakibat munculnya banyak mudharat. Tapi ajakan dari Finn sempat menggoyahkanku karena selama belum ada yang menembakku apalagi dari orang yang ku sukai. Karena itulah aku belum menjawab, aku masih berfikir dan merenung.
Aku harus jujur sama Finn tentang prinsipku. Mungkin itu terdengar jahat, karena bearti aku menjadi pemberi harapan palsu baginya. Tapi, sebenarnya aku pun tidak menjajikan apapun kepadanya selain persahabatan. Yah, daripada aku dan dia pacaran yang mungkin tidak dapat bertahan lama. Lebih baik perasaan itu di salurkan dengan yang namanya persahabatan. Dengan meneguhkan hati dan menghela nafas. setelah seminggu menggantung, akhirnya jawaban itu keluar juga.
Finn, maaf gue nggak bisa nerima lo karena belum saatnya cinta itu saling memiliki.
***

“Alma tumben nggak makan” kata Gita melihatku terdiam. “Biasanya paling lahap kalau ada lontong sayur” katanya saat kami makan siang bersama di kelas.
“Aku lagi ada masalah nih” kataku. “Aku mau minta pendapat kalian semua”
“Boleh” kata Hana. “Silahkan saja” akhirnya aku bercerita tentang semalam.
“Mau pacaran atau nggak itu pilihan mu, ma” kata Hana. “Tapi kalau kamu memang berprinsip nggak mau pacaran sebelum menikah. Kamu harus tetap mempertahankannya”
“Begitu ya?” aku meangguk. Memandangi tempat makanku yang sudah tandas. “Bearti tindakan ku udah bener ya. syukur deh”
“Ayo dong Alma, semangat” kata Rina. “Emang siapa yang nembak lo ma?”
“Finn“Jawabku.
“Hah cowok yang waktu itu?” kata mereka serempak. “Ternyata dia??” aku hanya meangguk sambil meringis.
“Ciye.. Alma” ledek teman-temannya.
“Udah..udah..”Syifa pun menegahi. “Tapi sama Alma ditolak, jadi nggak ada traktiran”
“Betul” kataku dengan lontong sayur di mulut “Aku nggak punya duit”kataku lega walaupun diam-diam aku masih merasa bersalah dengan Finn. Aku ingin kasih dia penjelasan.
***

Seminggu kemudian…
“Kak” Silla memandangiku dengan wajah yang terkejut. Aku hanya meangguk.
“Kalau aku jadi kakak pasti nyesek”
“Gue harus gimana Sil?” kataku. “Emang belum saatnya kan?”
“Terus kakak mau nyampein surat ini ke dia?” tanya Silla.
“Sil” kataku. “Tolong sampein surat ini ke dia, please. Terserah dia mau baca atau nggak”
“Ya udah kak” Silla menghela nafas. “Ntar aku titipn lewat Ricky” aku meangguk.
“Padahal aku udah ikhlasin kalau kalian pacaran” gumam Silla. “Tapi Kak Alma benar. Masih banyak yang harus kita raih”
***

Aku berjalan melintasi parkiran sekolah dan menghampiri motor untuk mengambil sesuatu di bagasi motor. Hari ini aku membawa motor karena ada acara bersama teman-teman sepulang sekolah nanti.
“Alma” tanganku yang akan membuka kunci bagasi terhenti dan aku pun menoleh. Ternyata Finn sedang duduk di atas motornya. Entah sedang apa.
“Udah gue sampein ke orangnya” kata Finn. Aku tersenyum.
“Makasih” kataku.
“Bearti sebenarnya perasaan gue berbalas dari kelas sepuluh?” tanyanya. Aku hanya meangguk.
“Tapi sorry Fin” kataku. “Setelah gue pikir-pikir. Kayaknya belum saatnya hal itu terjadi”
“Gue mengerti” jawab Finn. “Gue minta maaf”
“Nggak Finn” kataku. “Tapi sekali lagi terima kasih”
Dia pun tersenyum, “Kita tetap sahabatan ya” aku meangguk dan ikut tersenyum. Jujur saja, walaupun kami tetap sahabatan. Tapi apa aku rela ya kalau dia akan pacaran dengan orang lain?
***

For: Finn
Sebelumnya gue minta maaf klo lo terganggu dgn adanya surat ini. Tapi ada sesuatu yg pengen gue ceritain ke lo lewat surat ini. Terserah lo mau tahu atau nggak.
Sebulan setelah kita jadi anak kelas sepuluh, gue menyukai seseorang.Kalau gue pikir sampai sekarang, agak susah untuk menyusun kata alasan gue suka sama orang itu. Dia itu nggak populer,wajahnya biasa-biasa saja, penampilannya berantakan. Dan gue pun bingung. Tapi anehnya, hari gue jadi cerah saat ngeliat orang itu. Dan hari itu juuga bisa jadi suram kalau orang itu nggak muncul. Dan gue sadar satu hal: bukannya dia tidak muncul, tapi hanya menyembunyikan diri. Mungkin keramaian bukan tempat yang cocok untuknya.
Lo mau tahu siapa orang itu? Gue nggak mau ngasih tahu, karena lo pasti tahu jawabannya. Tapi gue rasa, perasaan itu lebih indah kalau gue simpan di hati. Lo setuju kan?
Nb: kalau lo ketemu sama orang itu, gue titip ucapan terima kasih untuknya. Bagi ku orang itu,bikin gue semangat lagi dalam menjalani hidup.
Alma

CINTA BERSEMI DI PUTIH ABU-ABU
Karya Ajeng Novrianna Putri

Pada suatu hari ada seorang remaja berusia 16 tahun , bernama Azkia ia duduk di bangku kelas 10 SMA, ketika ia sedang diperjalanan menuju ke sekolah ia mendapatkan teman baru bernama Ira, Ira adalah anak kelas10.B, sedangkan , Azkia anak kelas 10.D. Ketika sampai di sekolah ia dan Ira menuju kelas 10.B dulu , yaitu kelasnya Ira. Seiring berjalannya waktu sekarang sudah semester2 , kebetulan exkul Azkia dan Ira sama yaitu PMR dan Ira mengenalkan temannya yang ikut exkul PMR juga kepada Azkia , yaitu Lia , mereka pun ikut lomba PMR di SMAN21, mereka sebagai PK ( Pertolongan Keluarga ) , hasil pengumuman pun sudah tiba ternyata mereka kalah tapi tidak apa – apa karena mereka baru pertama kali ikut lomba PMR oy David juga mengikuti lomba PMR tetapi ia sebagai tandu, David adalah seorang cowok yang Azkia sukai.

Ujian Kenaikan Kelas pun sudah tiba hari ini adalah hari pertama UKK lumayan susah sih tapi harus tetap bisa mengerjakan soal.
Cinta Bersemi di Putih Abu-abu
Hari terakhir UKK pun sudah tiba, pulang sekolah Azkia, Ira, dan Lia jalan – jalan bersama ke TMII (Taman Mini Indonesia Indah) untuk menghilangkan stress setelah UKK, dan sekaligus perpisahan dengan Ira, tapi tentu saja mereka minta izin orang tua dulu dan juga ganti baju,
Hari ini adalah hari yang ditunggu – tunggu yaitu adalah hari pengambilan raport UKK dan ternyata Azkia naik kelas , lia , Ira dan David juga. Tapi Ira pindah ke Lombok karna ayahnya bekerja di sana.
Besok adalah hari pertama masuk kelas 11, setiba di sekolah Azkia langsung mencari cari namanya di kertas yang di tempel di kelas – kelas , ia mencari di kelas 11.C, 11.D dan 11.E tapi tidak ada namanya ternyata ia mendapatkan kelas 11.F yaitu kelas terakhir ia sangat terkejut padahal di semester 2 ia mendapatkan rangking 10 besar, tapi yasudahlah dan ia pun membaca nama – nama anak kelas 11.F ia terkejut karena ada nama David abidya yaitu cowok yang ia sukai dari kelas 10 sampai kelas 11 , ia pun senang karena bisa satu kelas dengan David, walaupun mereka duduknya berjauhan .

Dan waktu Azkia mengetahui siapa wali kelas nya di kelas 11 ia terkejut ternyata wali kelasnya adalah wali kelas nya yang dulu saat ia masih duduk di bangku kelas 10 yaitu Bapak Roni.
Esoknya ada murit baru yang datang yaitu Remi, Aldo, Eni, Deni, dan Nita, mereka pindahan dari Jakarta.
Dan hari ini ada murit baru lagi, badannya tinggi dan besar namanya Riel, walaupun namanya dari R, tapi karna ia murit baru namanya jadi absen paling bawah.

Hari ini adalah hari yang paling seru, ada temanku yang bernama Ardi yang menembak Bery,” so sweeeeeeeeet ” ucap anak kelas 11.F. O ya, baru saja kemarin ada yang jadian hari ini ada yang jadian lagi, mereka adalah Aldo yang anak baru itu , menembak temanku yang bernama Ibel” uuuuuuh si Aldo nembak si Ibel ga kalah keren sama si Ardi” ucap Indah, “aduuuuuuuuuuh bulan oktober ini kayaknya bulan yang so sweeeeeeeeeeet banget, soalnya banyak banget temen – temen yang baru aja jadian” ucap Yunita “duuuuuuuuuh kapan ya ada yang nembak aku? ’’ pikir Azkia dalam hati.
Hari ini adalah hari Ulang Tahun sahabatnya namanya Indah, Azkia dan teman – teman memang sudah merencanakan akan berpura – pura merasa acuh,cuek dan menghindar kalau Indah menghampiri mereka, seolah Indah menjadi musuh di kelas.

Sewaktu pulang sekolah, Indah disiram air yang sudah dimasukan daun dan kertas, Indah pun terkejut dan menangis.

Sementara itu ada cowok yang bernama Gusti, menghampiri Indah dan menyatakan cinta padanya,” iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii *_* lucu banget nyampein kata – katanya, hahaha ^_^”, semua orang yang ada di kelas semuanya tertawa, tapi Gusti terlambat, karena Indah dan Febri sudah lama jadian, “uuuuuuuuuuuuuuuuh >_< kasian, kayaknya ada yang lagi patah hati nih”. Ucap semua anak di kelas.
“Apa sih sebenarnya CINTA itu?” ucap Azkia, dia menulis di GOOGLE, di WIKIPEDIA, di YAHOO, tapi tetap saja belum mengerti.

Akhirnya Azkia bertanya pada sahabatnya Indah, dan apa jawaban Indah, indah menjawab“ Cewek yang kesepian, kasian >_< ” mendengar jawaban Indah, Azkia justru lebih tidak mengerti, karena Azkia merupakan seorang remaja kutu buku, penampilannya cupu, dia memakai kaca mata yang bulat, tebal, dan besar, rambutnya panjang dan selalu dikepang dua, begitu pula dengan pakainnya, sangat cupu >_<. Akhirnya sahabatnya yang bernama Indah dan Yunita, memutuskan untuk make over Azkia, agar terlihat lebih cantik, mereka membawa Azkia ke salon untuk dirapihkan rambutnya, lalu Azkia di bawa ke mall untuk membeli baju yang tidak cupu, setelah itu Azkia di bawa ke optic untuk membeli kaca mata yang berbentuk persegi panjang agar terlihat tidak cupu, kalau untuk dandan - mendandan Indah jagonya.

Besoknya, ketika Azkia sampai di sekolah bersama kedua sahabatnya yaitu Indah dan Yunita, semua orang terkagum – kagum melihatnya, seperti tidak percaya kalau itu,”( Azkia si anak kutu buku)”, begitu julukannya di sekolah.

Ketika guru masuk kelas, guru pun bertanya pada Azkia, “ apa kamu murit baru?”, Azkia menjawab “ bukan bu, ini saya Azkia, memangnya ibu tidak mengenali saya?”,
Bel istirahat pun tiba, ketika guru sudah keluar kelas, perbincangan para remaja pun tak kan terlewatkan. Mereka semua menghampiri Azkia, dan bertanya, “apakah benar ini kau, Azkia, (si anak kutu buku?) semua pertanyaan dari teman – teman sama semua, Azkia jadi bingung menjawabnya.

Pulang sekolah, David cowok yang Azkia sukai menghampirinya, ia bertanya langsung pada Azkia, “ apa benar ini kau Azkia, anak si kutu buku itu?” ucap David. “Tentu saja ini aku, Azkia yang suka kalian panggil dengan sebutan (Azkia si anak kutu buku).
“ Tapi aku tidak percaya ini kau, aku tidak lagi melihat wajah lugu mu yang lucu itu, o ya kenapa kau jadi berubah seperti ini?, aku lebih suka kau yang dulu dengan rambut yang dikepang dua dan kaca mata bulat mu yang lucu itu”. Ucap David.
“ Kenapa kau lebih suka aku yang dulu, dari pada aku yang sekarang?, tapi teman – teman lebih suka aku yang sekarang dari pada aku yang dulu?” Tanya Azkia.
“ karena mereka melihatmu hanya dari segi luar kalau aku melihatmu dari segi dalam, aku tidak melihatmu dari penampilannmu, tapi aku melihatmu dari kelakuanmu, dari sifatmu, dan dari hatimu karena itulah aku lebih suka dirimu yang dulu dari pada dirimu yang sekarang, dirimu yang dulu lebih natural”. Ucap David.
“ kenapa kau bicara seperti itu padaku?” Tanya Azkia.
“ mau tau ya?, rahasia!!!” Ucap David, setelah itu David pun lari meninggalkan Azkia.

Malam, Azkia pergi ke optic untuk membeli kaca mata bulat tapi tidak terlalu besar, dan ke mall untuk membeli rok panjang, karna rok panjangnya sudah dipotong.
Besoknya, ketika Azkia masuk kelas anak – anak melihatnya dengan dandanan naturalnya yaitu dandanan (Azkia si anak kutu buku) dengan kaca mata bulat walau agak berbeda/tidak terlalu besar, dan rambut dengan kepang dua, seperti biasanya.

Beberapa jam kemudian Indah dan Yunita terkejut ketika melihat sahabatnya mengubah penampilannya lagi, mereka pun bertanya “ kenapa kau mengubah penampilannmu lagi?”, “ aku sadar bahwa kita harus yakin dengan diri kita sendiri, tidak perlu malu dengan dandanan kita sehari – hari” ucap Azkia. “ apa maksudmu” Tanya Indah, “ jawabannya mudah, (BERSYUKUR)” ucap Azkia.

Pulang sekolah ketika Azkia sedang berjalan dengan sahabatnya yaitu Indah dan Yunita, tiba – tiba David menghampiri mereka, “ nah seperti ini dandanan yang kusukai” ucap David. “ cyeeeeeeee ^_^, kayaknya ada yang lagi mau nembak ni yeee” Indah dan Yunita meledek.
“ o, y Vid kamu belum jawab pertanyaanku, apa maksudmu berkata seperti itu” Tanya Azkia.

David pun menjawab “ hmmm, mau kah kamu jadi pacarku?, aku sudah lama suka sama kamu, dan aku lebih suka dandananmu yang natural seperti ini” “ uuuuuuuuh so sweeeet” Indah dan Yunita meledek. “ mau, kamu yang sudah bikin aku sadar, bahwa kita harus bersyukur dengan dandanan yang sudah bikin kita nyaman” ucap Azkia.

Malamnya, Azkia menulis diary , “sekarang aku sudah tau apa yang dimaksud CINTA, walapun kita baca buku yang banyak, sesering mungkin, kita tidak akan pernah mengerti, kalau kita belum mengalami sendiri, akhirnya, Azkia bahagia dan berkata :
“CINTAKU BERSEMI DI PUTIH ABU – ABU”
AKU?? GADIS PALING BERUNTUNG!
Karya Aisha
Aku, Kasya Adelia. Nama yang tidak umum? Memang! Biarlah, itu kreasi orangtuaku. Terlahir dengan wajah innocent, manis, cantik, dan polos. Plus badan mungil dan ramping yang sukses membuat teman-temanku sirik. Aku termasuk jajaran murid pintar di kelas lho. Hanya saja, aku memiliki sifat pelupa, PD dahsyat, dan bengal. Love life? Zero. Zero! Aku hanya berharap, ada seorang prince –yang tidak harus charming– datang kepadaku dengan ketulusan yang tidak dibuat-buat!

Lagi-lagi aku kena marah guru. Padahal, aku hanya tidak mengerjakan PR. Yah, memang sih sudah yang kedua kali. Eh, mungkin yang ketiga kali. Pokonya tidak mengerjakan PR deh. Guru itu –Pak Dudung– memarahiku tanpa ampun. Di depan kelas lagi! Damn. Mau ditaruh dimana muka manisku ini? Semua teman-temanku hanya bisa tersenyum, berusaha menahan tawa. Tanpa ada yang berusaha memberikan pembelaan untukku. Huh, teman macam apa mereka? Aku hanya bisa memasang tampang innocent plus polos plus memelas ketika mendengar omelan Pak Dudung yang sepeti kereta berlokomotif tidak terhingga. Aku merutuki sifat pelupaku. Mayday mayday..
Entah mungkin Pak Dudung sedang happy, entah tersihir wajah innocentku. Tapi yang pasti, beliau tidak jadi menghubungi orangtuaku. Aku bersorak dalam hati. Beliau hanya menyuruhku berdiri diluar kelas. Yeah! Tandanya, aku bisa kabur ke perpustakaan. Sifat bengalku memang susah dilawan. Aku mana tahan harus berdiri panas-panasan di luar kelas? Segera aku melangkahkan kaki ke perpustakaan. Tempat paling nyaman di seantero sekolah. Tempat aku bisa merefresh pikiranku saat ada masalah yang menumpuk. Setiap jalinan kisah yang terdapat dalam sebuah buku, selalu sukses membuatku lupa diri dan terhanyut bersama tokoh utama tersebut.

Terpaan angin AC yang dingin segera menyambutku. Ah, sudah lama aku tidak kesini. Kegiatanku di Osis lumayan menyita sedikit waktuku. Yah, walaupun lama dalam kamusku adalah 2 hari. Ibu Rini –penjaga perpustakaan– menyapaku dengan ramah. Tanpa menanyakan alasanku yang berada di perpus saat jam pelajaran. Fiuh, big applause for her! Aku segera membalas sapaannya dengan ramah, dan berlari menuju kubikel favoritku setelah sebelumnya menyambar asal sebuah buku dari rak. Kubikel favoritku ini, terletak di paling ujung dan paling pojok. Mungkin itu sebabnya tidak ada murid lain yang menggunakan kubikel ini selain aku. Seram katanya. Padahal, menurutku kubikel ini paling oke! Disini, aku bisa leluasa membaca buku tanpa ada gangguan dari orang yang hilir mudik. Tenang pokoknya.

Oh ya, kubikelku ini juga paling banyak coretannya. Maklum, aku tidak tahan untuk tidak mencoret-coret barang. Bahkan mejaku juga penuh dengan coretan. Dan untuk hal yang satu ini, belum pernah ada guru yang memarahiku. Sebenarnya sih karena belum ketahuan, hehe. Kembali ke coretan, aku amat-sangat-sering menulis isi kepalaku di kubikel ini. Rasanya ada yang kurang gitu kalau belum menulis. Dan dimulailah tulisanku untuk hari ini.

Plis deh Pak! Jangan salahin saya dong. Emang saya bisa milih jadi pelupa apa? Bawaan lahir tao paak. Bete bete. Kayanya hari ini bakalan kelabu. Huhu.. T-T ada yang nyemangatin dong someone.. ck..
Aku tertawa sendiri melihat tulisanku itu! Sedikitpun tidak mirip dengan tulisan asliku. Sepertinya kemampuanku mengubah bentuk tulisan semakin meningkat! Aku pandangi tulisan-tulisanku yang lain. Hiyaa.. Kok sebagian galau gitu sih? Huahaha.. Aku terbahak-bahak dalam hati. Sekali lagi, aku melayangkan pandanganku. Tunggu. Ada yang aneh. Tulisan lain. Tercetak jelas di samping setiap tulisanku. Mengomentari setiap tulisanku! Menyemangati setiap tulisanku! Aku baca perlahan-lahan tulisan si misterius itu.

Semangat Sya! Kamu pasti bisa melewati hari ini dengan senyuman J
Selalu lihat sisi positifnya Sya! Kasya pasti bisa!
Hey, Kasya Adelia itu terlahir kuat! Dia gak akan putus asa, kan?
Sayang kalau wajah innocentmu tertutup ekspresi amarah. Tertawa dan tersenyum dong :D
Aku peduli, dan akan selalu mendungmu.. :)

Aku terheran-heran sendiri. Begitu banyak tulisan dari orang yang aku sendiri tidak tahu siapa. Lagipula, bagaimana dia tahu namaku? Jangan-jangan.. Aku dimata-matai! Terburu-buru aku berdiri dan mengedarkan pandanganku ke sepenjuru perpustakaan. Nihil. Tidak ada siapa-siapa. Yah, walaupun saat membacanya aku merasa ada yang melumer di dalam hatiku. Karena, dia adalah orang pertama -yang sepertinya- peduli padaku. Aku menghela nafas panjang. Segera aku menulis lagi.

Haloo.. Ini siapa yaa? Kok tau aku? Hayo ngakuuu… Jangan bikin orang penasaran dong, dosa tau. Eh, tapi big thanks for you ya.
Besok, aku harus segera kembali ke perpustakaan! Aku paling tidak tahan dengan yang namanya penasaran! Awas saja kalau dia sampai tidak membalas. Akan aku cari sampai ke penjuru sekolah sekalipun.
“Sya, lima menit lagi bel tuh,” suara ibu perpustakaan mengingatkanku.
Oh! Aku harus segera kembali ke depan pintu kelas. Kalau tidak, hiiy.. Kupingku akan semakin panas mendengar omelan Pak Dudung. Aku segera berlari keluar perpustakaan. Tidak lupa mengucapkan terimakasih –dengan berlari juga– kepada ibu perpustakaan. Dan beliau hanya bisa geleng-geleng kepala melihat salah satu murid langganannya.

Pak Dudung memang galak, Sya. Hehe.. Sabar yaa. Oh ya. Anggap saja aku Guardian Angelmu. Yang akan selalu mendukung, dan ada untukmu.Oke?
Keesokan harinya, aku kembali ke perpustakaan. Dan benar saja, orang itu membalas! Aku melotot membaca tulisannya. Guardian Angel?! Apaan tuh! Seenaknya bikin aku penasaran. Tapi lagi-lagi, aku merasa ada yang lumer di hatiku. Duh, masa aku menyukai seseorang yang bahkan aku saja tidak tahu? Dengan gemas aku menulis lagi.Angel? Ga nyata doong, hii… Ngaku dong, plis banget. Jangan main-main gini dong. Pengen ngeliat aku marah kali ya?

Oke, aku ini memang orang yang susah buat jatuh suka (well, dalam hal ini aku menghindari kata ‘cinta’). Buktinya, selama 16 tahun hidup aku belum pernah tuh naksir cowok. Yah, kecuali penyanyi favoritku –Nick Jonas. Suaranya… Wajahnya… Oke, back to the topic. Kenapa ya? Tiap kali aku baca tulisan-tulisannya, aku merasa ada yang melumer di hatiku. Aku jadi hangat luar dalam. Duh, what’s wrong with my heart? Tiap baca tulisannya, aku bisa merasakan kepedulian dan ketulusannya.

Enak aja, aku nyata kok. Manusia, real! Dan aku BENER-BENER ga ada niat MAIN-MAIN. Aku serius, Sya.Kamu boleh marah kok. Just wait and see.. Keep spirit yaa.

Lama-kelamaan, kegiatan yang kusebut “Coret-Coret-Bikin-Kubikel-Kotor” yang kusingkat “CCBKK” berlangsung rutin setiap hari. Dan anehnya, aku gak pernah sekalipun ketemuan sama orang itu. Ibu perpus gak pernah mau ngasih tau siapa orang selain aku yang make kubikel itu. Dan lagi, kalau ada orang lain yang iseng ngebaca tulisan itu, pasti bingung sendiri. Lha wong isinya macem-macem. Ada kata semangat, debat kusir, galau dan teman-temannya, sampai tentang pelajaran! Bisa dibayangin dong gimana kotornya itu kubikel? Dan tanpa aku sadari, CCBKK udah berlangsung selama lebih dari 3 minggu.

Seperti biasa, aku sedang berjalan menuju perpustakaan. Tapi, rute kelas-perpustakaan yang kutempuh sedang tidak biasa. Aku harus memutar jalan melewati ruang guru. Pak Dudung tidak sengaja membawa buku paketku yang dipinjam olehnya. Dasar guru, bukannya mengembalikan langsung. Huh.

Saat aku sampai di depan pintu ruang guru, aku bersiap membukanya. Tapi tiba-tiba, pintu itu terbuka sendiri! Kaget? Pastinya! Jangan-jangan… Hantuuu! Husssh. Segera kutepis pikiran konyolku itu. Ternyata, ada seseorang yang membukanya. Aku hanya melihat wajahnya sekilas, selain dia yang langsung memalingkan wajahnya, dia juga membawa setumpuk buku perpustakaan dan beberapa lembar kertas yang hampir menutupi wajahnya. Wajahnya terlihat kaget. Mungkin akan kecantikanku ini, hehehe. Tapi yang jelas, selembar kertas terbang dari genggamannya saat dia berjalan menjauh. Dan kertas itu jatuh tepat didepan kakiku. Penasaran, aku memungutnya. Ternyata kertas ulangan. Dan, wow! Nilai yang sempurna. Amri Affandi, pasti orang yang pintar. Saat aku melihat tulisan jawabannya, aku terperangah. Jantungku langsung berdebar tak keruan. Hatiku terasa panas. Tulisan ini.. aku bukan sekadar mengetahuinya. Aku mengenalnya!

Aku langsung berlari mengejarnya. Sia-sia aku berteriak namanya. Sayang, di kertas tersebut tidak dicantumkan kelasnya. Dia tidak ada. Heran, lari kemana sih? Cepat sekali. Aku memutuskan untuk menyimpan kertas ulangan tersebut dan pergi ke perpustakaan. Aku harus merefresh pikiranku!
Untuk kesekian kalinya, terpaan dingin AC kembali menyambutku. Ibu perpus entah mengapa tersenyum penuh arti kepadaku. Aku membalas senyumannya dengan kikuk. Kali ini, aku memilih buku dengan seksama. Memilah buku mana yang akan membawaku terhanyut dengan cepat dalam buku itu.
‘City of Bones’ tampaknya pilihan yang cocok. Aku segera melangkahkan kakiku menuju kubikel favoritku. Otakku benar-benar butuh penyegaran! Aku bahkan berniat bolos jam pelajaran. Ini semua gara-gara tulisan Amri Affandi! Tenang Kasya.. Keep calm..

Yah, ternyata ‘keep calm’ku tidak berjalan sukses. Aku terkesiap ketika ada seseorang yang sudah duduk manis di kubikelku. Dalam otakku, sudah terpampang berbagai “naskah” untuk mengusir orang tersebut. Namun, aku lebih terkesiap lagi ketika melihat wajahnya. Wajah itu.. Walaupun hanya sekilas melihatnya, aku langsung mengenalinya! Ya, tidak salah lagi. Dia adalah orang yang kutabrak tadi di depan Ruang Guru! Otakku seakan ditembak sinar pembeku. ‘Brain Freezing Time’-ku kambuh lagi. Lidahku kelu. Dia hanya tersenyum. Senyuman yang entah mengapa membuat diriku menghangat.
“Amri Affandi?”Tanyaku dengan takut. Aku menunduk, takut salah orang!
“Kasya Adelia, kan?” Balasnya disertai senyuman mautnya. Uh, aku meleleh di tempat. Aku kaget. Jantungku berdetak tidak karuan. Inikah orangnya? Orang yang berhasil membuat hatiku berdebar-debar? Aku hanya mengharapkan seorang ‘Prince’. Tapi, mengapa? Mengapa yang datang ‘Prince Charming’? Wajahnya begitu tampan. Dengan mata yang jernih dan alis yang teduh. Dihiasi kacamata tanpa frame yang sukses membuatnya semakin charming. Rambutnya hitam pekat dan lurus. Dan hal lainnya, sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Aku mengorek ingatanku. Ya, dia adalah peraih peringkat 1 paralel. Dan aku
harus puas berada di peringkat 2 atau 3. Sering disebut, ngg... Ice Prince!
“Ng.. Ak.. Kamu.. Amir –eh! Amri Affandi? Ng.. Yang suka nulis di.. sini?” Tanyaku dengan takut. Aku hanya tidak ingin harapanku kelewat tinggi. Aku takut.
“Fandi aja. Dan aku sudah memutuskan bahwa sekarang saatnya aku jujur sama Kamu. Kamu boleh nganggep aku pengecut atau apa. Aku terima. Jujur, karena aku sendiri juga gak berani untuk ngungkapin secara langsung. Dan sekarang, aku udah mengumpulkan keberanian itu,” jelasnya panjang lebar. Tapi, wait! Keberanian apa? Duh, makin geer nih!
“Kasya Adelia, Aku suka Kamu. Kamu mau berada di sisiku sekarang dan seterusnya?”,Terang Fandi dengan suaranya yang jernih. Matanya begitu penuh keyakinan, ketulusan, dan cinta? Ah, aku tidak yakin ekspresi apa itu. Yang pasti, ekspresi tersebut kontan membuatku panas-dingin, jantungku berlompatan tidak karuan.

Help! Mayday mayday! Aku meerasa linglung. Ini mimpi? Bukan. Pasti bukan, aku harap. Saat matanya memandangku, aku langsung membeku lagi. Dan dalam sekejap melumer kembali saat Fandi menggenggam tanganku. Saat itu juga aku kembali menjadi diriku. Pikiranku melayang ke tulisan-tulisan di kubikel. Dia tulus. Dia baik. Dia peduli. Dan yang terpenting, aku menyukainya. Perlahan, aku mengangguk. Dan setelah anggukan itu, aku merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia!
“Ciee.. Ice Prince..” ledekku pada Fandi. Hahaha, ternyata dia tidak menyukai julukan itu. Huu… Siapa suruh jarang senyum? Walaupun jika terhadapku, dia selalu tersenyum sih, hehehe. Aku memperhaikan wajahnya. Gawaat, sepertinya Fandi bete akan ledekanku yang tidak berhenti-berhenti. Hahaha, tapi aku tidak terlalu peduli. Meledeknya adalah hal yang menyenangkan buatku.
“Cieee pasangan jenius..” ledekku lagi. Kali ini, adalah julukan buat kami berdua. Terus terang, aku menyukai julukan itu. Dan lagi-lagi, Fandi tidak menyukainya. Aku baru akan meledek lagi, saat jeweran mengenai kupingku.
“Nona kubikel, aku laporin ke guru ya kalau kamu suka mencoret-coret properti sekolah.” Balas Fandi dengan senyuman mautnya.
Tentu saja aku langsung meleleh dan diam melihat senyumannya. Fandi yang melihatku diam, menyangka aku marah dan langsung mengecup dahiku tanda permintaan maaf.

Sekali lagi, aku merasa menjadi ‘Gadis Paling Beruntung di Dunia’.
PROFIL PENULIS
Nama: Aisha Taqiyyah
TTL: 29 Agustus 1995
Alamat Facebook: (tidak ada)