SALING BERBAGI UNTUK SEMUA

Kamis, 21 November 2013

Selayaknya Kisah Mereka
Karya Noviana Kusumawati


Selayaknya Kisah Mereka
Satu persatu helaian daun mulai berguguran. Angin seakan begitu bahagia menggoda daun-daun untuk lepas dari belenggu batang agar ikut menari indah sesuai lantunan iramanya. Di negeriku memang tak mengenal musin gugur, ini adalah sebuah sapaan hangat pertanda tetes-tetes air sang hujan akan turun atau bahkan hanya mengecoh. Tapi saat ini langit memang tampak muram dihiasi mendung pekat. Cuaca seperti ini sangat tidak disukai oleh sebagian orang kecuali seorang Karina Larasati, itu aku.
Akhirnya rintihan hujanpun mulai menyapa, memang tak begitu deras tapi inilah yang sangat aku tunggu, disaat seperti ini selalu menginspirasiku untuk berkarya. Menulis cerpen, artikel maupun puisi adalah duniaku yang kedua. Di dunia kedua inilah yang bisa membuat hidupku lebih dari sempurna, karena aku bisa berbuat apapun sesukaku dan semauku, aku berhak menentukan jalan cerita hidupku sendiri, berhak memainkan peran apapun, berhak dicintai dan mencintai siapa saja.
Pena yang ku pegang mulai menggorekan tintanya, semua yang mengalir di benakku perlahan tertuang. Semua mengalir dengan lancar, apalagi lagi didukung suasana yang bersahabat. Ya bersahabat bagiku pastinya. Disini, dibangku kayu ini aku duduk sembari memainkan tinta menari di kertas putih. Bangku ini mempunyai atap cukup lebar sehingga hujan tak sempat membasahiku, hanya hawa dingin angin yang berhasil mencolek. Sekelilingnyapun dihiasi oleh tanaman hijau yang saat ini tertunduk malu oleh hujan. Sesekali ku perhatikan sekeliling, tampak beberapa orang sedang berteduh di halte sambil mengepalkan kedua tangannya di dada, menahan dingin dan menahan rasa sebal. Benar kan yang aku bilang, bagi sebagian orang cuaca seperti ini sangat tidak disukai.
Aku sedang merambat masuk ke dalam dunia Romeo dan Juliet. Aku ingin mengisahkan kisah cinta sejati itu, dan tentunya menurut versiku. Akhir ceritanya ingin aku ubah, tak ada kematian karena cinta sejati harus tetap hidup. Seperti yang sudah aku katakan, ini adalah duniaku. Aku berhak mengatur jalan hidup sesuai keinginanku.
Hujan mulai mereda disusul oleh bunyi ponsel yang berdering menandakan kotak masuk terdapat pesan baru.
Karin, lo dimana?
Bisa ke rumah gue kan?
Aku masukkan kembali ponselku ke dalam saku celana setelah membalas pesan singkat dari Tere. Aku sudah paham betul maksud dari pesannya tadi. Teresia Anastasya, kami sudah bersahabat sejak SMP. Persahabatan itu berawal ketika aku dan Tere ditugaskan untuk menjadi satu kelompok dalam praktik biologi. Tere seorang perempuan yang cerdas, nilai ujiannya selalu di atasku. Tapi satu kebiasan buruk Tere yang membuatku harus ekstra sabar, dia orangnya mudah sekali panik apalagi jika masalahnya behubungan dengan cowok bernama Bima.
***
"Kenapa lagi?" tanyaku dengan nada sabar. Benarkan dugaanku, lagi-lagi Bima.
“Ya gue merasa nggak adil aja, Rin,” Tere mengeluh dengan muka memelas sambil memeluk boneka beruang biru besar pemberian Bima sebagai hadiah ulang tahunnya. Kantung matanyapun tampak sembab, pasti tadi dia habis nangis.
“Nggak adil bagaimana? Memang keadilan seperti apa yang kamu inginkan? Apa kamu masih berharap supaya Bima memperjuangkan cinta kalian,” kembali aku bertanya pada Tere tentang ketidakadilan yang dia rasakan sambil menaikkan sedikit garis alisku. Dan aku masih hafal betul, ini bukan pertanyaan pertamaku.
“Iya, tapi dia malah pasrah gitu aja terima undangan pernikahan gue sama orang yang sama sekali nggak gue impikan,” jelasnya sambil merebahkan diri di atas kasur empuknya.
Aku menghela nafas lagi untuk kesekian kalinya. Sejenak aku menengadahkan kepala ke atas memperhatikan langit-langit kamar Tere yang bercat warna biru langit. Warna biru memang selalu bisa memberikan ketenangan dan semoga Tere juga bisa merasakan ketenangan itu.
“Kalau kamu merasa seperti itu, aku rasa dia juga berfikir sama kayak kamu. Ngerti kan maksudku?” aku menoleh ke arah Tere. Seketika pandanganku tertuju pada meja yang berada tepat disamping tempat tidur Tere, sebuah bingkai foto tampak tertelungkup.
“Gue nggak yakin. Mukanya datar-datar aja waktu terima undangan dari gue?” Tere bergumam, tapi aku lebih tertarik untuk melihat bingkai foto siapa yang dibiarkan rebah. Ketika aku balikkan, ternyata itu adalah foto Tere dan Bima ketika sama-sama berlibur ke Lombok. Ya, aku ingat betul karena akulah fotografernya. Tergerak aku kembalikan bingkai foto itu tegak kembali.
“Kamu kan udah lama pacaran sama Bima, masa nggak nyadar kalau wajah Bima itu memang lempeng nyaris tanpa ekspresi,” lanjutku kemudian.
“Dia itu cool bukannya lempeng, Karin,” seperti biasa dengan bibir manyun Tere selalu protes setiap aku bilang kalau si Bima itu punya wajah yang lempeng.
“Ya udah, jadi aku bisa bantuin apa buat kamu?” tanyaku pasrah.
“Gue cuma mau tau, gimana jelasnya perasaan Bima sebenarnya ke gue. Tolong ya Rin, gue mohon banget,” lagi-lagi Tere memasang wajah memelas, wajah inilah yang selalu membuatku merasa tak tega untuk menolak.
“Kenapa nggak kamu sendiri saja yang bicara berdua sama Bima. Menurutku itu akan lebih baik,” lanjutku sebelum resmi aku mengabulkan permohonannya.
Tapi lagi-lagi Tere memasang wajah memelas bahkan tambah parah, kedua telapak tangannya ditangkupkan seperti layaknya orang memberi hormat di keluarga keraton.
“Oke, besok aku coba bicara sama Bima.” Tampak senyum Tere terkembang lebar, dihiasi dua lesung pipi yang bertengger manis di pipi kiri dan kanannya.
***
Hari ini akhirnya aku membuat janji untuk bertemu dengan Bima. Aku sengaja datang lebih awal, rencananya aku akan melanjutkan cerita tentang kisah sang Romeo dan Julietku. Saat ini aku sedang di sebuah kafe, pengunjung di kafe ini tidak terlalu ramai. Wajar saja jam makan siang sudah berlalu sekitar satu jam yang lalu. Di depanku sudah tersedia secangkir cappuccino panas yang uapnya masih tampak. Cuaca memang agak mendung menyebarkan hawa dingin, di negeriku memang sedang musin penghujan saat ini.
Sebenarnya bisa dibilang aku kuranng konsentrasi untuk meneruskan cerita yang sedang aku tuangkan dalam tulisan. Konsentrasiku terpecah pada Tere dan Bima.
Singkat cerita tentang Tere dan Bima. Tere terpaksa menerima pinangan laki-laki yang tidak dia suka namanya Billy, bahkan dia pun tidak terlalu mengenal Billy sebelumnya. Menurut cerita Tere, Billy adalah anak dari atasan ayahnya bernama Pak Santosa Atmawijaya. Dan sekarang Pak Santosa tengah kritis akibat penyakit ginjalnya. Pak Santosa mau kalau anak laki-laki satu-satunya itu menikah dengan anak Pak Ridwan, ayah Tere. Pak Ridwan sudah menjadi orang kepercayaan Pak Santosa selama ini. Entah ini demi siapa, akhirnya Tere menerima pinangan itu.
“Hai,,, koq melamun aja. Udah dingin tuh minumannya.”
Aku sedikit kaget dengan suara bass milik Bima. Laki-laki itu kini sudah duduk di kursi depanku dan langsung memesan segelas cappuccino hangat, sama sepertiku. Tanpa sengaja aku memperhatikan Bima. Ada sepasang mata yang terbingkai indah dibawah alis tebal yang melengkung sempurna. Tapi satu yang menurutku agak aneh, seperti yang sudah kubilang wajahnya nyaris tanpa ekspresi.
“Kenapa sih Karin? Gue kesini bukan buat liat loe bengong kan?” Bima melambaikan tanganya di depan mukaku. Lagi-lagi aku terlihat sedang melamun, dan itu aku tak sengaja.
“Apa kabar kamu sama Tere?” aku mulai bertanya. Sebenarnya aku bingung mau memulai dari mana.
“Gue kira pasti loe udah tau,”jawab Bima santai sambil mengaduk-aduk cappucinonya.
“Sebaiknya kalian berdua bicara langsung,” aku putuskan untuk to the point saja, malas rasanya berlama-lama bicara dengan si wajah tanpa ekspresi ini. Lagian hujan yang selalu aku nantikan saat ini sudah mulai menitik.
“Tapi buat apa? Apa yang harus dibicarakan, semua kan udah jelas. Tere lebih memilih cowok pilihan orang tuanya daripada gue.”
“Tere punya alasannya. Tere cuma mau kamu perjuangin cinta kalian. Kalau aku lihat dari mata kalian berdua, sebenarnya kalian punya rasa cinta yang besar tapi sayangnya sikap egois dan gengsi kalian juga sama besarnya,”
“Nggak ada gunanya, Karin. Buat apa kalo cuma gue yang berjuang, sedangkan dia pasrah gitu aja,” kata Bima mulai sewot.
“Kan sudah aku bilang, Tere punya alasan. Dan darimana kamu tau kalau nggak ada gunanya, kamu belum mencoba,” aku menghela nafas. Suasana hatiku mulai sedikit panas, dan aku rasa Bima juga begitu.
“Aku mohon, coba fikirkan lagi. Aku cuma nggak mau Tere terus-terusan sedih,” lanjutku dengan nada lunak, aku hanya tidak mau mengecewakan sahabatku.
Terlihat Bima berfikir sejenak. “Okey, gue bakalan coba.” Aku mengembangkan senyum terima kasih. Bima lalu menyeruput cappucinonya, tersenyum dan pergi. Baru kali ini aku lihat Bima tersenyum dengan penuh ketulusan.
Dan akhirnya aku juga memutuskan untuk pulang. Otakku buntu, inspirasi kisah Romeo dan Julietku tiba-tiba menghilang. Padahal hujan selalu menginspirasiku tapi kali ini tidak. Aneh.
***
Dua hari kemudian.
Kematian selalu bisa membuat orang merenung. Mencoba mencerna setiap sapaan maut yang bisa datang kapan saja, tiba-tiba dan sesukanya. Begitu juga dengan Romeo dan Julietku, ternyata memang harus maut yang memisahkan. Dan aku belajar satu hal. Jika sebuah takdir harus dipisahkan oleh maut, berarti itulah yang terbaik.
Saat ini aku sedang berada dihadapan mereka yang ditakdirkan untuk berpisah oleh maut. Pagi buta aku mendapat kabar kematian itu. Aku saja belum lupa senyum mereka yang sekarang terbaring dengan tubuh kaku mendingin.
Tere dan Bima tewas dalam kecelakaan motor saat mereka pergi jalan-jalan untuk melepas rindu, itu yang aku tau. Aku belum sempat bertanya lebih, aku cukup tau untuk tidak membuat orang tuanya lebih terpuruk. Yang aku tau, kini cinta Tere dan Bima sang Romeo dan Julietku telah abadi selamanya. Selamat jalan Romeo dan Julietku. Kalianlah inspirasiku.

THE END

Selasa, 22 Oktober 2013

YOU ARE
Karya Fida Amatullah

Sepulang UTS, dua bulan yang lalu saat semuanya bermula…
Silla memarkirkan motornya di emperan warung. Sedangkan aku hanya bersungut-sungut, tadi Silla mohon-mohon supaya aku ikut dengannya dari sekolah. Entah apa yang ia lakukan, padahal aku ingin istirahat. Terus sorenya belajar buat besok lagi.
“Sil, Lo kesini ngapain sih?”
“Lihat aja deh kak” katanya.
“Tapi Sil” kataku. “Kok ada anak angkatan gue, sendirian lagi” tanyaku sedikit takut melihat anak cowok yang sedang memainkan sesuatu.

Silla terlihat malu-malu, “Aku mau ngobrol sama dia kak”
“Sil??” aku terlihat shock. “Lo serius??” dan aku malu karena cowok itu menoleh!
“Hei Kak” Silla langsung menyapa cowok itu dan langsung turun dari motor dan masuk ke kedai emperan.
“Hei” balasnya. “Ini temen lo? bukannya dia anak angkatan gue ya?”
Dia tahu gue! Pikiranku tak menentu. Aku tahu sedikit cowok ini, dia biasa dipanggil Finn, kelas XI IPS 1 mantan anak X.1. Sebenarnya aku menyukai cowok ini semenjak kami masih kelas sepuluh. Namun kami tidak saling mengenal. Habis, kelas cewek-cowok terpisah sih dan sekolah mengatur hubungan cewek-cowok di sekolah dengan cukup ketat.
“He..he.. iya kak” Silla pun nyengir. “Dia kakak kelas gue dari SMP”
“Ooh..” dia meangguk dan kembali tertunduk.

Dan benar saja, mereka asik ngobrol sendiri sedangkan aku bengong ditemani segelas jus alpukat (di traktir Silla soalnya aku nggak punya duit).
“Finn, Kok lo mau sih ladenin ajakan dia” tiba-tiba aku angkat bicara. “Rumah lo kan jauh?”
“Kok lo tahu?” dahinya terlihat mengerut.
“Gue pernah ngeliat lo dihukum gara-gara telat” jawabku.
“Ooh” dia meangguk.
“Silahkan, kalian mengobrol lagi” kataku tanpa mau memikirkan apapun lagi.
***

“Sil, lo rada sedeng ih” kataku saat kami dalam perjalanan pulang. “Anak Al-Falah tuh ada yang rumahnya di sini tahu, bahkan alumni aja ada. Apa nggak nyari masalah nih?”
“Kalau kataku mereka biasa aja” kata Silla. “Tapi nggak tahu juga kalau kepergok guru”
“Lo emang nggak pernah sms-an sama dia?”aku balik bertanya.
“Nggak, Ngomongnya cuma di twitter. Tapi kalau twitter males, suka di stalkerin sama kakak kelas mulu”
“Ya elah, angkatan gue juga sama kali pas kelas sepuluh” jawabku. “Tapi kok lo bisa kenal sama dia?”
“Dia yang mention aku duluan” jawabnya. Aku meangguk,
“Terus yang ngajak ketemuan siapa?” tanyaku. “Dia atau lo?”
“Nggak tahu” jawabnya. “Kayaknya dia, tapi aku juga penasaran orangnya yang mana”
Dalam hati aku geleng-geleng kepala, berani juga tuh anak pikirku tentang Finn.
***

Aku dan teman-temanku sedang tertawa-tawa di sebuah kursi panjang dekat tukang cimol di bilangan Graha ketika suara cowok menyentak kami.
“Ara!” kami langsung menoleh, dan ternyata Rio pacarnya Ara bersama teman-temannya. Dan ternyata ada Finn juga di situ.
“Ciye… Ara” ledek Gita. “Samperin tuh pacarnya”
“Iih… Ara bikin envy” kata Hana yang hubungan pacarnya termasuk LDR. Ara pun hanya nyengir lalu bangkit mengahmpiri pacarnya.
“Ma..Alma..” panggil Farras yang duduk di depanku. Aku langsung menoleh dan Farras memeragakan ekspresi yang sering ia lakukan kalau Finn muncul (dari kelas sepuluh). Aku langsung menyikut kakinya (biasanya sih mukul lengannya, tapi posisinya lagi nggak tepat).

Di antara kumpulan ini, memang cuma aku, Gita dan Farras yang jomblo. Selain Hana, Syifa juga LDR dengan pacarnya yang berada di Bandung. Sedangkan Gita yang baru putus dari pacarnya sedang PDKT dengan anak angkatan kami. Setelah puas jajan. Kami bersiap-siap untuk pulang
“Ara!” panggil Gita. “Ayo, kita udah mau cabut nih!”
“Iya!Iya!” balas Ara, dia pun tampak menyelesaikan pembicaraannya dan langsung menghampiri kami.
“Hoi” aku yang baru saja menaiki sepedaku menoleh. Ternyata Finn.
“Gue mau nitip buat Silla” dia menyerahkan secarik kertas. Tak sengaja aku membukanya, ternyata nomornya. Aku meangguk.
“Mestinya lo duluan lah yang sms-in dia” kataku. “Dia bakal malu kali kalau mulai duluan”
“Habis gue nggak tahu nomornya sih” kata Finn. “Lo tahu?”
“Tahu sih” jawabku.
“Kalau tahu, lo sms-in nomornya ke nomor itu” kata Finn. “Ntar gue yang mulai”
“Ya udah deh” kataku. “Gue bilang dulu ke anaknya” aku pun memasukkan secarik kertas itu ke dalam tas.
“Thank’s ya” katanya. Aku meangguk, tak ku pedulikan ekspresi teman-temanku. Nanti akan ku jelaskan pada mereka. Maklum, mungkiin karena aku yang bukan anak yang eksis mendadak dekat sama cowok,.
***

Tak terasa UTS pun berlalu dan kami beralih pada rutinitas semula. Berangkat jam tujuh pulang jam 4. Banyak tugas, ulangan, apalagi kalau sudah penjurusan. Kegiatan OSIS dan ekskul juga nggak kalah seabreknya. Pokoknya semuanya serba seabrek deh. Tapi aku belum mendengar lagi kabar hubungan Silla-Finn. Biarin lah, toh mungkin sudah sering sms-an.
“Halo ini siapa?” tanya ku di HP. Heran, siapa lagi yang ngehubungi gue jam sepuluh?
“Ini gue Finn” jawabnya. Dahiku mengerut.
“Kenapa?” tanyaku. “Lo mau nanya tentang Silla?”
“Iya” jawabnya. “Gue lagi bingung nih”
“Finn” kataku. “Lo udah pacaran sama Silla?” tanyaku. Dia tampaknya terdiam.
“Belum” jawabnya. “Gue aja belum nembak dia”
“Bener?” tanyaku. “Kata-kata lo kurang meyakinkan nih”
“Beneran” katanya. “Serius”
“Terus lo mau ngomongin apa tentang dia?” tanyaku.

Akhirnya tentang salah satu cowok yang mention Silla yang katanya teman Silla semasa SMP yang pernah nembak Silla, tapi Silla tolak. Sepertinya Finn penasaran tentang cowok itu.
“Hmm gue nggak terlalu tahu juga sih kalau soal cowok SMP gue” jawabku (pasti Finn kecewa). “Tapi kata temannya, dia memang kenal sama anak cowok sana gara-gara ngikut teman-temannya yang bandel dan gara-gara itu dia kena SP”
“Hah serius?” Finn terdengar kaget. “Cuma gara-gara kenal cowok? Lebai banget”
“Yahh.. namanya juga SMP gue” jawabku. “Tapi sih gue mikirnya mungkin karena mereka janjian sama anak cowok malem-malem. Angkatan dia memang rada sedeng sih”

Akhirnya percakapan melebar membicarakan angkatan kami semasa SMP. Lalu kini beralih ke masa-masa kelas sepuluh. Dari masa-masa MOPDB hingga kejadian sehari-hari di kupas habis. Hingga kegiatan OSIS semasa kelas sepuluh.
“Dulu gue lega banget pas tahu punya patner cewek di sekbid tempat gue tugas” kataku. “Di sekbid lain dari tiga orang duanya cowok semua”
“Bearti cowok di sekbid kamu cuma satu?” tanya Finn. “Siapa?”
“Ivan” jawabku.
“Dia kan cowok idola anak angkatan sama adek kelas” jawabnya. “Beruntung dong”
“Hmmm lumayan sih” aku mikir-mikir. “Nggak ah, nggak ada perubahan dalam hidup gue”
“Emang lo nggak suka sama dia?” tanya Finn. “Dia kan cakep”
“Yahh.. ada sih perasaan itu sedikit lah” jawabku. “Mungkin karena tampangnya” dia pasti nggak tahu atau pura-pura cuek kalau aku suka sama dia dari kelas sepuluh.
“Oh iya gue pengen nanya” kataku. “Gimana ceritanya lo bisa kenal sama Silla?”
“Hmm..” dia tampak berpikir. “Gue tertarik aja pas ngeliat namanya di twitter, ternyata dia adek kelas gue. Gue belum tahu kalau ternyata dia anak populer, terus gue mention dia”
“Kalau gitu lo beruntung dekat sama dia. Anaknya baik, perhatian, cantik lagi” kataku.
“Thank’s. Eh, sekarang udah jam sebelas nih” kata Finn. “Nggak pa-pa gue ganggu lo?”
“Sedikit” jawabku. “Tapi lo beruntung karena ini malam minggu. SMP gue pernah ngobrol sama Silla sampai jam dua belas”
“Ya udah, met tidur ya” kata Finn. “Sorry kalau gue ganggu lo”
“Sip” jawabku. Akhirnya percakapan terputus.
***

Dan tanpa di duga hal itu membuat aku semakin dekat dengan Finn (hal yang dulu masih antara nyata dan tidak). Aku jadi ladang curhatnya tentang Silla atau hal yang lain (dia menjadi orang kedua tempat aku cerita selain Farras). Terkadang kalau HP nya lagi disita, Silla pun menitip pesan untuk Finn. Dan menurutku hubungan mereka masih stuck. Finn belum nembak Silla, entah belum atau nggak pingin. Soalnya Silla juga nggak ingin pacaran dulu.
Aku jadi suka ngeledekin Finn. Dia menjadi sasaran cowok pertama yang suka ku ledek kalau keadaan memungkinkan (kalau timingnya salah itu namanya nyari masalah), setelah tiga tahun (empat sama kelas sepuluh) aku nggak pernah berhubungan dengan yang namanya cowok. Dan tanpa diduga Finn sering ngeledeikn aku dengan Ivan (padahal aku sama Ivan udah nggak satu sekbid lagi). Aku curiga, jangan-jangan Finn stalkerin twitterku lagi. Tapi twitterku kan jarang aktif.
***

“Menurut Kak Alma, Kak Finn gimana?” tanya Silla, saat Silla menelpon.
“Hmm.. Keliatannya cuek, berantakan, tapi bukan termasuk orang yang PeDe” aku tampak mikir-mikir. “Tapi kadang-kadang dia nggak terduga. Kenapa memang” dia pun memberikan jawaban yang mengejutkanku.
“Sifat kakak sama kak Finn mirip tahu” kata Silla. “Kalian cocok kalau pacaran”
“Masa sih?” tanyaku. “Cius? Miapah?”
“Serius kak” jawab Silla. “Kalian berdua tuh cocok” mendengar hal itu aku hanya terdiam.
***

“Silla nggak tahu kalau aku suka sama Finn dari kelas sepuluh” kataku pada Farras saat menjelang sholat dzuhur.
“Tapi dia bilang gitu ke kamu?” tanya Farras. Aku meangguk.
“Kalau aku pacaran gimana Far?” tanyaku.
“Hmm…” Farras yang biasanya konyol kini terlihat serius. “Itu pilihan kamu Alma. Tapi… pasti ada yang berubah kalau kamu pacaran”
***

Aku membaca percakapan sms yang terjadi seminggu yang lalu antara aku dan Finn.
Alma ada yg pengen gue omongin ke lu
Kenapa Finn? Tentang Silla?
Bukan. Alma Gue suka sama lo. mau nggak lo jadi pacar gue?
Walaupun sudah seminggu, aku tetap terdiam embaca sms itu. Sebenarnya aku girang di tembak sama dia, banget malah. Tapi.. ada sesuatu yang menghadangku untuk menerima dia.
Jujur saja, aku belum pernah pacaran selama lima belas tahun. Dan aku hanya ingin cinta itu bersemi saat sudah waktunya yaitu saat aku dewasa dalam jalur yang bernama pernikahan. bukan sekedar pacaran yang berakibat munculnya banyak mudharat. Tapi ajakan dari Finn sempat menggoyahkanku karena selama belum ada yang menembakku apalagi dari orang yang ku sukai. Karena itulah aku belum menjawab, aku masih berfikir dan merenung.
Aku harus jujur sama Finn tentang prinsipku. Mungkin itu terdengar jahat, karena bearti aku menjadi pemberi harapan palsu baginya. Tapi, sebenarnya aku pun tidak menjajikan apapun kepadanya selain persahabatan. Yah, daripada aku dan dia pacaran yang mungkin tidak dapat bertahan lama. Lebih baik perasaan itu di salurkan dengan yang namanya persahabatan. Dengan meneguhkan hati dan menghela nafas. setelah seminggu menggantung, akhirnya jawaban itu keluar juga.
Finn, maaf gue nggak bisa nerima lo karena belum saatnya cinta itu saling memiliki.
***

“Alma tumben nggak makan” kata Gita melihatku terdiam. “Biasanya paling lahap kalau ada lontong sayur” katanya saat kami makan siang bersama di kelas.
“Aku lagi ada masalah nih” kataku. “Aku mau minta pendapat kalian semua”
“Boleh” kata Hana. “Silahkan saja” akhirnya aku bercerita tentang semalam.
“Mau pacaran atau nggak itu pilihan mu, ma” kata Hana. “Tapi kalau kamu memang berprinsip nggak mau pacaran sebelum menikah. Kamu harus tetap mempertahankannya”
“Begitu ya?” aku meangguk. Memandangi tempat makanku yang sudah tandas. “Bearti tindakan ku udah bener ya. syukur deh”
“Ayo dong Alma, semangat” kata Rina. “Emang siapa yang nembak lo ma?”
“Finn“Jawabku.
“Hah cowok yang waktu itu?” kata mereka serempak. “Ternyata dia??” aku hanya meangguk sambil meringis.
“Ciye.. Alma” ledek teman-temannya.
“Udah..udah..”Syifa pun menegahi. “Tapi sama Alma ditolak, jadi nggak ada traktiran”
“Betul” kataku dengan lontong sayur di mulut “Aku nggak punya duit”kataku lega walaupun diam-diam aku masih merasa bersalah dengan Finn. Aku ingin kasih dia penjelasan.
***

Seminggu kemudian…
“Kak” Silla memandangiku dengan wajah yang terkejut. Aku hanya meangguk.
“Kalau aku jadi kakak pasti nyesek”
“Gue harus gimana Sil?” kataku. “Emang belum saatnya kan?”
“Terus kakak mau nyampein surat ini ke dia?” tanya Silla.
“Sil” kataku. “Tolong sampein surat ini ke dia, please. Terserah dia mau baca atau nggak”
“Ya udah kak” Silla menghela nafas. “Ntar aku titipn lewat Ricky” aku meangguk.
“Padahal aku udah ikhlasin kalau kalian pacaran” gumam Silla. “Tapi Kak Alma benar. Masih banyak yang harus kita raih”
***

Aku berjalan melintasi parkiran sekolah dan menghampiri motor untuk mengambil sesuatu di bagasi motor. Hari ini aku membawa motor karena ada acara bersama teman-teman sepulang sekolah nanti.
“Alma” tanganku yang akan membuka kunci bagasi terhenti dan aku pun menoleh. Ternyata Finn sedang duduk di atas motornya. Entah sedang apa.
“Udah gue sampein ke orangnya” kata Finn. Aku tersenyum.
“Makasih” kataku.
“Bearti sebenarnya perasaan gue berbalas dari kelas sepuluh?” tanyanya. Aku hanya meangguk.
“Tapi sorry Fin” kataku. “Setelah gue pikir-pikir. Kayaknya belum saatnya hal itu terjadi”
“Gue mengerti” jawab Finn. “Gue minta maaf”
“Nggak Finn” kataku. “Tapi sekali lagi terima kasih”
Dia pun tersenyum, “Kita tetap sahabatan ya” aku meangguk dan ikut tersenyum. Jujur saja, walaupun kami tetap sahabatan. Tapi apa aku rela ya kalau dia akan pacaran dengan orang lain?
***

For: Finn
Sebelumnya gue minta maaf klo lo terganggu dgn adanya surat ini. Tapi ada sesuatu yg pengen gue ceritain ke lo lewat surat ini. Terserah lo mau tahu atau nggak.
Sebulan setelah kita jadi anak kelas sepuluh, gue menyukai seseorang.Kalau gue pikir sampai sekarang, agak susah untuk menyusun kata alasan gue suka sama orang itu. Dia itu nggak populer,wajahnya biasa-biasa saja, penampilannya berantakan. Dan gue pun bingung. Tapi anehnya, hari gue jadi cerah saat ngeliat orang itu. Dan hari itu juuga bisa jadi suram kalau orang itu nggak muncul. Dan gue sadar satu hal: bukannya dia tidak muncul, tapi hanya menyembunyikan diri. Mungkin keramaian bukan tempat yang cocok untuknya.
Lo mau tahu siapa orang itu? Gue nggak mau ngasih tahu, karena lo pasti tahu jawabannya. Tapi gue rasa, perasaan itu lebih indah kalau gue simpan di hati. Lo setuju kan?
Nb: kalau lo ketemu sama orang itu, gue titip ucapan terima kasih untuknya. Bagi ku orang itu,bikin gue semangat lagi dalam menjalani hidup.
Alma

CINTA BERSEMI DI PUTIH ABU-ABU
Karya Ajeng Novrianna Putri

Pada suatu hari ada seorang remaja berusia 16 tahun , bernama Azkia ia duduk di bangku kelas 10 SMA, ketika ia sedang diperjalanan menuju ke sekolah ia mendapatkan teman baru bernama Ira, Ira adalah anak kelas10.B, sedangkan , Azkia anak kelas 10.D. Ketika sampai di sekolah ia dan Ira menuju kelas 10.B dulu , yaitu kelasnya Ira. Seiring berjalannya waktu sekarang sudah semester2 , kebetulan exkul Azkia dan Ira sama yaitu PMR dan Ira mengenalkan temannya yang ikut exkul PMR juga kepada Azkia , yaitu Lia , mereka pun ikut lomba PMR di SMAN21, mereka sebagai PK ( Pertolongan Keluarga ) , hasil pengumuman pun sudah tiba ternyata mereka kalah tapi tidak apa – apa karena mereka baru pertama kali ikut lomba PMR oy David juga mengikuti lomba PMR tetapi ia sebagai tandu, David adalah seorang cowok yang Azkia sukai.

Ujian Kenaikan Kelas pun sudah tiba hari ini adalah hari pertama UKK lumayan susah sih tapi harus tetap bisa mengerjakan soal.
Cinta Bersemi di Putih Abu-abu
Hari terakhir UKK pun sudah tiba, pulang sekolah Azkia, Ira, dan Lia jalan – jalan bersama ke TMII (Taman Mini Indonesia Indah) untuk menghilangkan stress setelah UKK, dan sekaligus perpisahan dengan Ira, tapi tentu saja mereka minta izin orang tua dulu dan juga ganti baju,
Hari ini adalah hari yang ditunggu – tunggu yaitu adalah hari pengambilan raport UKK dan ternyata Azkia naik kelas , lia , Ira dan David juga. Tapi Ira pindah ke Lombok karna ayahnya bekerja di sana.
Besok adalah hari pertama masuk kelas 11, setiba di sekolah Azkia langsung mencari cari namanya di kertas yang di tempel di kelas – kelas , ia mencari di kelas 11.C, 11.D dan 11.E tapi tidak ada namanya ternyata ia mendapatkan kelas 11.F yaitu kelas terakhir ia sangat terkejut padahal di semester 2 ia mendapatkan rangking 10 besar, tapi yasudahlah dan ia pun membaca nama – nama anak kelas 11.F ia terkejut karena ada nama David abidya yaitu cowok yang ia sukai dari kelas 10 sampai kelas 11 , ia pun senang karena bisa satu kelas dengan David, walaupun mereka duduknya berjauhan .

Dan waktu Azkia mengetahui siapa wali kelas nya di kelas 11 ia terkejut ternyata wali kelasnya adalah wali kelas nya yang dulu saat ia masih duduk di bangku kelas 10 yaitu Bapak Roni.
Esoknya ada murit baru yang datang yaitu Remi, Aldo, Eni, Deni, dan Nita, mereka pindahan dari Jakarta.
Dan hari ini ada murit baru lagi, badannya tinggi dan besar namanya Riel, walaupun namanya dari R, tapi karna ia murit baru namanya jadi absen paling bawah.

Hari ini adalah hari yang paling seru, ada temanku yang bernama Ardi yang menembak Bery,” so sweeeeeeeeet ” ucap anak kelas 11.F. O ya, baru saja kemarin ada yang jadian hari ini ada yang jadian lagi, mereka adalah Aldo yang anak baru itu , menembak temanku yang bernama Ibel” uuuuuuh si Aldo nembak si Ibel ga kalah keren sama si Ardi” ucap Indah, “aduuuuuuuuuuh bulan oktober ini kayaknya bulan yang so sweeeeeeeeeeet banget, soalnya banyak banget temen – temen yang baru aja jadian” ucap Yunita “duuuuuuuuuh kapan ya ada yang nembak aku? ’’ pikir Azkia dalam hati.
Hari ini adalah hari Ulang Tahun sahabatnya namanya Indah, Azkia dan teman – teman memang sudah merencanakan akan berpura – pura merasa acuh,cuek dan menghindar kalau Indah menghampiri mereka, seolah Indah menjadi musuh di kelas.

Sewaktu pulang sekolah, Indah disiram air yang sudah dimasukan daun dan kertas, Indah pun terkejut dan menangis.

Sementara itu ada cowok yang bernama Gusti, menghampiri Indah dan menyatakan cinta padanya,” iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii *_* lucu banget nyampein kata – katanya, hahaha ^_^”, semua orang yang ada di kelas semuanya tertawa, tapi Gusti terlambat, karena Indah dan Febri sudah lama jadian, “uuuuuuuuuuuuuuuuh >_< kasian, kayaknya ada yang lagi patah hati nih”. Ucap semua anak di kelas.
“Apa sih sebenarnya CINTA itu?” ucap Azkia, dia menulis di GOOGLE, di WIKIPEDIA, di YAHOO, tapi tetap saja belum mengerti.

Akhirnya Azkia bertanya pada sahabatnya Indah, dan apa jawaban Indah, indah menjawab“ Cewek yang kesepian, kasian >_< ” mendengar jawaban Indah, Azkia justru lebih tidak mengerti, karena Azkia merupakan seorang remaja kutu buku, penampilannya cupu, dia memakai kaca mata yang bulat, tebal, dan besar, rambutnya panjang dan selalu dikepang dua, begitu pula dengan pakainnya, sangat cupu >_<. Akhirnya sahabatnya yang bernama Indah dan Yunita, memutuskan untuk make over Azkia, agar terlihat lebih cantik, mereka membawa Azkia ke salon untuk dirapihkan rambutnya, lalu Azkia di bawa ke mall untuk membeli baju yang tidak cupu, setelah itu Azkia di bawa ke optic untuk membeli kaca mata yang berbentuk persegi panjang agar terlihat tidak cupu, kalau untuk dandan - mendandan Indah jagonya.

Besoknya, ketika Azkia sampai di sekolah bersama kedua sahabatnya yaitu Indah dan Yunita, semua orang terkagum – kagum melihatnya, seperti tidak percaya kalau itu,”( Azkia si anak kutu buku)”, begitu julukannya di sekolah.

Ketika guru masuk kelas, guru pun bertanya pada Azkia, “ apa kamu murit baru?”, Azkia menjawab “ bukan bu, ini saya Azkia, memangnya ibu tidak mengenali saya?”,
Bel istirahat pun tiba, ketika guru sudah keluar kelas, perbincangan para remaja pun tak kan terlewatkan. Mereka semua menghampiri Azkia, dan bertanya, “apakah benar ini kau, Azkia, (si anak kutu buku?) semua pertanyaan dari teman – teman sama semua, Azkia jadi bingung menjawabnya.

Pulang sekolah, David cowok yang Azkia sukai menghampirinya, ia bertanya langsung pada Azkia, “ apa benar ini kau Azkia, anak si kutu buku itu?” ucap David. “Tentu saja ini aku, Azkia yang suka kalian panggil dengan sebutan (Azkia si anak kutu buku).
“ Tapi aku tidak percaya ini kau, aku tidak lagi melihat wajah lugu mu yang lucu itu, o ya kenapa kau jadi berubah seperti ini?, aku lebih suka kau yang dulu dengan rambut yang dikepang dua dan kaca mata bulat mu yang lucu itu”. Ucap David.
“ Kenapa kau lebih suka aku yang dulu, dari pada aku yang sekarang?, tapi teman – teman lebih suka aku yang sekarang dari pada aku yang dulu?” Tanya Azkia.
“ karena mereka melihatmu hanya dari segi luar kalau aku melihatmu dari segi dalam, aku tidak melihatmu dari penampilannmu, tapi aku melihatmu dari kelakuanmu, dari sifatmu, dan dari hatimu karena itulah aku lebih suka dirimu yang dulu dari pada dirimu yang sekarang, dirimu yang dulu lebih natural”. Ucap David.
“ kenapa kau bicara seperti itu padaku?” Tanya Azkia.
“ mau tau ya?, rahasia!!!” Ucap David, setelah itu David pun lari meninggalkan Azkia.

Malam, Azkia pergi ke optic untuk membeli kaca mata bulat tapi tidak terlalu besar, dan ke mall untuk membeli rok panjang, karna rok panjangnya sudah dipotong.
Besoknya, ketika Azkia masuk kelas anak – anak melihatnya dengan dandanan naturalnya yaitu dandanan (Azkia si anak kutu buku) dengan kaca mata bulat walau agak berbeda/tidak terlalu besar, dan rambut dengan kepang dua, seperti biasanya.

Beberapa jam kemudian Indah dan Yunita terkejut ketika melihat sahabatnya mengubah penampilannya lagi, mereka pun bertanya “ kenapa kau mengubah penampilannmu lagi?”, “ aku sadar bahwa kita harus yakin dengan diri kita sendiri, tidak perlu malu dengan dandanan kita sehari – hari” ucap Azkia. “ apa maksudmu” Tanya Indah, “ jawabannya mudah, (BERSYUKUR)” ucap Azkia.

Pulang sekolah ketika Azkia sedang berjalan dengan sahabatnya yaitu Indah dan Yunita, tiba – tiba David menghampiri mereka, “ nah seperti ini dandanan yang kusukai” ucap David. “ cyeeeeeeee ^_^, kayaknya ada yang lagi mau nembak ni yeee” Indah dan Yunita meledek.
“ o, y Vid kamu belum jawab pertanyaanku, apa maksudmu berkata seperti itu” Tanya Azkia.

David pun menjawab “ hmmm, mau kah kamu jadi pacarku?, aku sudah lama suka sama kamu, dan aku lebih suka dandananmu yang natural seperti ini” “ uuuuuuuuh so sweeeet” Indah dan Yunita meledek. “ mau, kamu yang sudah bikin aku sadar, bahwa kita harus bersyukur dengan dandanan yang sudah bikin kita nyaman” ucap Azkia.

Malamnya, Azkia menulis diary , “sekarang aku sudah tau apa yang dimaksud CINTA, walapun kita baca buku yang banyak, sesering mungkin, kita tidak akan pernah mengerti, kalau kita belum mengalami sendiri, akhirnya, Azkia bahagia dan berkata :
“CINTAKU BERSEMI DI PUTIH ABU – ABU”
AKU?? GADIS PALING BERUNTUNG!
Karya Aisha
Aku, Kasya Adelia. Nama yang tidak umum? Memang! Biarlah, itu kreasi orangtuaku. Terlahir dengan wajah innocent, manis, cantik, dan polos. Plus badan mungil dan ramping yang sukses membuat teman-temanku sirik. Aku termasuk jajaran murid pintar di kelas lho. Hanya saja, aku memiliki sifat pelupa, PD dahsyat, dan bengal. Love life? Zero. Zero! Aku hanya berharap, ada seorang prince –yang tidak harus charming– datang kepadaku dengan ketulusan yang tidak dibuat-buat!

Lagi-lagi aku kena marah guru. Padahal, aku hanya tidak mengerjakan PR. Yah, memang sih sudah yang kedua kali. Eh, mungkin yang ketiga kali. Pokonya tidak mengerjakan PR deh. Guru itu –Pak Dudung– memarahiku tanpa ampun. Di depan kelas lagi! Damn. Mau ditaruh dimana muka manisku ini? Semua teman-temanku hanya bisa tersenyum, berusaha menahan tawa. Tanpa ada yang berusaha memberikan pembelaan untukku. Huh, teman macam apa mereka? Aku hanya bisa memasang tampang innocent plus polos plus memelas ketika mendengar omelan Pak Dudung yang sepeti kereta berlokomotif tidak terhingga. Aku merutuki sifat pelupaku. Mayday mayday..
Entah mungkin Pak Dudung sedang happy, entah tersihir wajah innocentku. Tapi yang pasti, beliau tidak jadi menghubungi orangtuaku. Aku bersorak dalam hati. Beliau hanya menyuruhku berdiri diluar kelas. Yeah! Tandanya, aku bisa kabur ke perpustakaan. Sifat bengalku memang susah dilawan. Aku mana tahan harus berdiri panas-panasan di luar kelas? Segera aku melangkahkan kaki ke perpustakaan. Tempat paling nyaman di seantero sekolah. Tempat aku bisa merefresh pikiranku saat ada masalah yang menumpuk. Setiap jalinan kisah yang terdapat dalam sebuah buku, selalu sukses membuatku lupa diri dan terhanyut bersama tokoh utama tersebut.

Terpaan angin AC yang dingin segera menyambutku. Ah, sudah lama aku tidak kesini. Kegiatanku di Osis lumayan menyita sedikit waktuku. Yah, walaupun lama dalam kamusku adalah 2 hari. Ibu Rini –penjaga perpustakaan– menyapaku dengan ramah. Tanpa menanyakan alasanku yang berada di perpus saat jam pelajaran. Fiuh, big applause for her! Aku segera membalas sapaannya dengan ramah, dan berlari menuju kubikel favoritku setelah sebelumnya menyambar asal sebuah buku dari rak. Kubikel favoritku ini, terletak di paling ujung dan paling pojok. Mungkin itu sebabnya tidak ada murid lain yang menggunakan kubikel ini selain aku. Seram katanya. Padahal, menurutku kubikel ini paling oke! Disini, aku bisa leluasa membaca buku tanpa ada gangguan dari orang yang hilir mudik. Tenang pokoknya.

Oh ya, kubikelku ini juga paling banyak coretannya. Maklum, aku tidak tahan untuk tidak mencoret-coret barang. Bahkan mejaku juga penuh dengan coretan. Dan untuk hal yang satu ini, belum pernah ada guru yang memarahiku. Sebenarnya sih karena belum ketahuan, hehe. Kembali ke coretan, aku amat-sangat-sering menulis isi kepalaku di kubikel ini. Rasanya ada yang kurang gitu kalau belum menulis. Dan dimulailah tulisanku untuk hari ini.

Plis deh Pak! Jangan salahin saya dong. Emang saya bisa milih jadi pelupa apa? Bawaan lahir tao paak. Bete bete. Kayanya hari ini bakalan kelabu. Huhu.. T-T ada yang nyemangatin dong someone.. ck..
Aku tertawa sendiri melihat tulisanku itu! Sedikitpun tidak mirip dengan tulisan asliku. Sepertinya kemampuanku mengubah bentuk tulisan semakin meningkat! Aku pandangi tulisan-tulisanku yang lain. Hiyaa.. Kok sebagian galau gitu sih? Huahaha.. Aku terbahak-bahak dalam hati. Sekali lagi, aku melayangkan pandanganku. Tunggu. Ada yang aneh. Tulisan lain. Tercetak jelas di samping setiap tulisanku. Mengomentari setiap tulisanku! Menyemangati setiap tulisanku! Aku baca perlahan-lahan tulisan si misterius itu.

Semangat Sya! Kamu pasti bisa melewati hari ini dengan senyuman J
Selalu lihat sisi positifnya Sya! Kasya pasti bisa!
Hey, Kasya Adelia itu terlahir kuat! Dia gak akan putus asa, kan?
Sayang kalau wajah innocentmu tertutup ekspresi amarah. Tertawa dan tersenyum dong :D
Aku peduli, dan akan selalu mendungmu.. :)

Aku terheran-heran sendiri. Begitu banyak tulisan dari orang yang aku sendiri tidak tahu siapa. Lagipula, bagaimana dia tahu namaku? Jangan-jangan.. Aku dimata-matai! Terburu-buru aku berdiri dan mengedarkan pandanganku ke sepenjuru perpustakaan. Nihil. Tidak ada siapa-siapa. Yah, walaupun saat membacanya aku merasa ada yang melumer di dalam hatiku. Karena, dia adalah orang pertama -yang sepertinya- peduli padaku. Aku menghela nafas panjang. Segera aku menulis lagi.

Haloo.. Ini siapa yaa? Kok tau aku? Hayo ngakuuu… Jangan bikin orang penasaran dong, dosa tau. Eh, tapi big thanks for you ya.
Besok, aku harus segera kembali ke perpustakaan! Aku paling tidak tahan dengan yang namanya penasaran! Awas saja kalau dia sampai tidak membalas. Akan aku cari sampai ke penjuru sekolah sekalipun.
“Sya, lima menit lagi bel tuh,” suara ibu perpustakaan mengingatkanku.
Oh! Aku harus segera kembali ke depan pintu kelas. Kalau tidak, hiiy.. Kupingku akan semakin panas mendengar omelan Pak Dudung. Aku segera berlari keluar perpustakaan. Tidak lupa mengucapkan terimakasih –dengan berlari juga– kepada ibu perpustakaan. Dan beliau hanya bisa geleng-geleng kepala melihat salah satu murid langganannya.

Pak Dudung memang galak, Sya. Hehe.. Sabar yaa. Oh ya. Anggap saja aku Guardian Angelmu. Yang akan selalu mendukung, dan ada untukmu.Oke?
Keesokan harinya, aku kembali ke perpustakaan. Dan benar saja, orang itu membalas! Aku melotot membaca tulisannya. Guardian Angel?! Apaan tuh! Seenaknya bikin aku penasaran. Tapi lagi-lagi, aku merasa ada yang lumer di hatiku. Duh, masa aku menyukai seseorang yang bahkan aku saja tidak tahu? Dengan gemas aku menulis lagi.Angel? Ga nyata doong, hii… Ngaku dong, plis banget. Jangan main-main gini dong. Pengen ngeliat aku marah kali ya?

Oke, aku ini memang orang yang susah buat jatuh suka (well, dalam hal ini aku menghindari kata ‘cinta’). Buktinya, selama 16 tahun hidup aku belum pernah tuh naksir cowok. Yah, kecuali penyanyi favoritku –Nick Jonas. Suaranya… Wajahnya… Oke, back to the topic. Kenapa ya? Tiap kali aku baca tulisan-tulisannya, aku merasa ada yang melumer di hatiku. Aku jadi hangat luar dalam. Duh, what’s wrong with my heart? Tiap baca tulisannya, aku bisa merasakan kepedulian dan ketulusannya.

Enak aja, aku nyata kok. Manusia, real! Dan aku BENER-BENER ga ada niat MAIN-MAIN. Aku serius, Sya.Kamu boleh marah kok. Just wait and see.. Keep spirit yaa.

Lama-kelamaan, kegiatan yang kusebut “Coret-Coret-Bikin-Kubikel-Kotor” yang kusingkat “CCBKK” berlangsung rutin setiap hari. Dan anehnya, aku gak pernah sekalipun ketemuan sama orang itu. Ibu perpus gak pernah mau ngasih tau siapa orang selain aku yang make kubikel itu. Dan lagi, kalau ada orang lain yang iseng ngebaca tulisan itu, pasti bingung sendiri. Lha wong isinya macem-macem. Ada kata semangat, debat kusir, galau dan teman-temannya, sampai tentang pelajaran! Bisa dibayangin dong gimana kotornya itu kubikel? Dan tanpa aku sadari, CCBKK udah berlangsung selama lebih dari 3 minggu.

Seperti biasa, aku sedang berjalan menuju perpustakaan. Tapi, rute kelas-perpustakaan yang kutempuh sedang tidak biasa. Aku harus memutar jalan melewati ruang guru. Pak Dudung tidak sengaja membawa buku paketku yang dipinjam olehnya. Dasar guru, bukannya mengembalikan langsung. Huh.

Saat aku sampai di depan pintu ruang guru, aku bersiap membukanya. Tapi tiba-tiba, pintu itu terbuka sendiri! Kaget? Pastinya! Jangan-jangan… Hantuuu! Husssh. Segera kutepis pikiran konyolku itu. Ternyata, ada seseorang yang membukanya. Aku hanya melihat wajahnya sekilas, selain dia yang langsung memalingkan wajahnya, dia juga membawa setumpuk buku perpustakaan dan beberapa lembar kertas yang hampir menutupi wajahnya. Wajahnya terlihat kaget. Mungkin akan kecantikanku ini, hehehe. Tapi yang jelas, selembar kertas terbang dari genggamannya saat dia berjalan menjauh. Dan kertas itu jatuh tepat didepan kakiku. Penasaran, aku memungutnya. Ternyata kertas ulangan. Dan, wow! Nilai yang sempurna. Amri Affandi, pasti orang yang pintar. Saat aku melihat tulisan jawabannya, aku terperangah. Jantungku langsung berdebar tak keruan. Hatiku terasa panas. Tulisan ini.. aku bukan sekadar mengetahuinya. Aku mengenalnya!

Aku langsung berlari mengejarnya. Sia-sia aku berteriak namanya. Sayang, di kertas tersebut tidak dicantumkan kelasnya. Dia tidak ada. Heran, lari kemana sih? Cepat sekali. Aku memutuskan untuk menyimpan kertas ulangan tersebut dan pergi ke perpustakaan. Aku harus merefresh pikiranku!
Untuk kesekian kalinya, terpaan dingin AC kembali menyambutku. Ibu perpus entah mengapa tersenyum penuh arti kepadaku. Aku membalas senyumannya dengan kikuk. Kali ini, aku memilih buku dengan seksama. Memilah buku mana yang akan membawaku terhanyut dengan cepat dalam buku itu.
‘City of Bones’ tampaknya pilihan yang cocok. Aku segera melangkahkan kakiku menuju kubikel favoritku. Otakku benar-benar butuh penyegaran! Aku bahkan berniat bolos jam pelajaran. Ini semua gara-gara tulisan Amri Affandi! Tenang Kasya.. Keep calm..

Yah, ternyata ‘keep calm’ku tidak berjalan sukses. Aku terkesiap ketika ada seseorang yang sudah duduk manis di kubikelku. Dalam otakku, sudah terpampang berbagai “naskah” untuk mengusir orang tersebut. Namun, aku lebih terkesiap lagi ketika melihat wajahnya. Wajah itu.. Walaupun hanya sekilas melihatnya, aku langsung mengenalinya! Ya, tidak salah lagi. Dia adalah orang yang kutabrak tadi di depan Ruang Guru! Otakku seakan ditembak sinar pembeku. ‘Brain Freezing Time’-ku kambuh lagi. Lidahku kelu. Dia hanya tersenyum. Senyuman yang entah mengapa membuat diriku menghangat.
“Amri Affandi?”Tanyaku dengan takut. Aku menunduk, takut salah orang!
“Kasya Adelia, kan?” Balasnya disertai senyuman mautnya. Uh, aku meleleh di tempat. Aku kaget. Jantungku berdetak tidak karuan. Inikah orangnya? Orang yang berhasil membuat hatiku berdebar-debar? Aku hanya mengharapkan seorang ‘Prince’. Tapi, mengapa? Mengapa yang datang ‘Prince Charming’? Wajahnya begitu tampan. Dengan mata yang jernih dan alis yang teduh. Dihiasi kacamata tanpa frame yang sukses membuatnya semakin charming. Rambutnya hitam pekat dan lurus. Dan hal lainnya, sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Aku mengorek ingatanku. Ya, dia adalah peraih peringkat 1 paralel. Dan aku
harus puas berada di peringkat 2 atau 3. Sering disebut, ngg... Ice Prince!
“Ng.. Ak.. Kamu.. Amir –eh! Amri Affandi? Ng.. Yang suka nulis di.. sini?” Tanyaku dengan takut. Aku hanya tidak ingin harapanku kelewat tinggi. Aku takut.
“Fandi aja. Dan aku sudah memutuskan bahwa sekarang saatnya aku jujur sama Kamu. Kamu boleh nganggep aku pengecut atau apa. Aku terima. Jujur, karena aku sendiri juga gak berani untuk ngungkapin secara langsung. Dan sekarang, aku udah mengumpulkan keberanian itu,” jelasnya panjang lebar. Tapi, wait! Keberanian apa? Duh, makin geer nih!
“Kasya Adelia, Aku suka Kamu. Kamu mau berada di sisiku sekarang dan seterusnya?”,Terang Fandi dengan suaranya yang jernih. Matanya begitu penuh keyakinan, ketulusan, dan cinta? Ah, aku tidak yakin ekspresi apa itu. Yang pasti, ekspresi tersebut kontan membuatku panas-dingin, jantungku berlompatan tidak karuan.

Help! Mayday mayday! Aku meerasa linglung. Ini mimpi? Bukan. Pasti bukan, aku harap. Saat matanya memandangku, aku langsung membeku lagi. Dan dalam sekejap melumer kembali saat Fandi menggenggam tanganku. Saat itu juga aku kembali menjadi diriku. Pikiranku melayang ke tulisan-tulisan di kubikel. Dia tulus. Dia baik. Dia peduli. Dan yang terpenting, aku menyukainya. Perlahan, aku mengangguk. Dan setelah anggukan itu, aku merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia!
“Ciee.. Ice Prince..” ledekku pada Fandi. Hahaha, ternyata dia tidak menyukai julukan itu. Huu… Siapa suruh jarang senyum? Walaupun jika terhadapku, dia selalu tersenyum sih, hehehe. Aku memperhaikan wajahnya. Gawaat, sepertinya Fandi bete akan ledekanku yang tidak berhenti-berhenti. Hahaha, tapi aku tidak terlalu peduli. Meledeknya adalah hal yang menyenangkan buatku.
“Cieee pasangan jenius..” ledekku lagi. Kali ini, adalah julukan buat kami berdua. Terus terang, aku menyukai julukan itu. Dan lagi-lagi, Fandi tidak menyukainya. Aku baru akan meledek lagi, saat jeweran mengenai kupingku.
“Nona kubikel, aku laporin ke guru ya kalau kamu suka mencoret-coret properti sekolah.” Balas Fandi dengan senyuman mautnya.
Tentu saja aku langsung meleleh dan diam melihat senyumannya. Fandi yang melihatku diam, menyangka aku marah dan langsung mengecup dahiku tanda permintaan maaf.

Sekali lagi, aku merasa menjadi ‘Gadis Paling Beruntung di Dunia’.
PROFIL PENULIS
Nama: Aisha Taqiyyah
TTL: 29 Agustus 1995
Alamat Facebook: (tidak ada)

Selasa, 26 Februari 2013

MOVE ON !

MOVE ON !
Oleh: Lelie Liana


Kriiinggg “Halloo..“

... “Hallo, bisa bicara dengan Jenny?”

... “Hallo, ini Bobby, bisa bicara dengan Jenny?”

... Klekkk! Tuttt tutt tuttt

Pagi itu mendadak muka Jenny masam semasam-masamnya yang dia bisa. Dina aja sampe bingung ada apa gerangan.

“Kenapa loe Jen?“

“Ga kenapa – kenapa“

“Yakin loe? Loe mandi kan pagi ini ?”

“Apa – apaan sih loe Din? Ya iyalah gue mandi!“

“Ups sorry, abisnya muka loe kusut banget. Kenapa sih?“

"Daripada loe ngurusin urusan gue mending loe urusin deh PR dari Pak Burhan.“

“Hah?? Emang ada PR ya?“

“Ada, halaman 204 bagian C dan D, essay semua tuh, 15 menit lagi masuk.“

Jenny berjalan melenggang melewati Dina, sementara Dina langsung ngacir menuju kelas.
Teetttt tettt tettttttt, bel masuk. Jenny yang pagi – pagi udah galau aja di kantin langsung menuju kelas. Di kelas dilihatnya muka Dina menekuk kesel.

“Jen loe usil banget sih. Tega – teganya loe ngerjain gue. Dengan susah payah gue ngerjain tuh soal, untung si Budi bilang nggak ada PR, jahat loe!“

“Lagian loe suka banget ngabisin waktu loe buat urusin urusan orang lain.“

“Yaaa sorry, abisnya gue kesel aja liat muka loe. Pagi – pagi udah kusut banget persis orang seminggu ga mandi.“

“Gue lagi galau.“

“What?? Masih labil ya loe.“ Dina cengengesan.

“Hellooo Din, wajar dong gue labil. Umur gue aja belom 20 tahun. Sepupu gue noh, udah 21 masih aja suka galau and labil. Loe jangan mojokin gue dong. Kayak loe ga pernah galau aja.“

“Iya iya, sorry. Sensitiv banget sih loe. Galau kenapa loe? Bobby lagi?”

“Iya. Tadi pagi dia nelpon gue. Sulit Din buat lupain dia, meskipun dia udah ga satu tempat lagi sama gue, tetep aja gue masih sakit hati nginget dia. Denger suaranya aja bikin nyeri uloe hati gue Din.“

“Hmmm, kayaknya loe perloe ke psikolog deh Jen, masa loe masih beloem bisa loepain orang yang udah nyakitin loe, udah ninggalin loe, udah ga mikirin loe lagi, dan yang pastinya udah jauh banget dari loe. Ayolah Jen, itu udah setahun yang lalu, masa sih loe ga bisa lupain dia.“

“Din, loe ga ngerti karna loe ga di posisi gue. Coba kalo loe di posisi gue. Susah Din.“

“Hmmm, bukannya gue sok ngajarin sih Jen, tapi loe cantik, dan banyak yang suka sama loe, masa sih loe mau dan masih menyia – nyiakan waktu yang loe punya cuman buat orang yang hanya sepintas di hisup loe. Jen, dengerin gue ya, semua orang pasti pernah sakit hati, semua orang pasti pernah galau, tapi ga semua orang bisa mengatasinya Jen. Masa depan ...”

“Udah ah Din, gue ngomong sama loe juga kayanya percuma.“

“Ok Jen, maybe loe cuman butuh waktu.“ Dina balik lagi fokus ke bukunya, dan menghentikan bisik – bisik dengan Jenny. Sementara Jenny pura – pura dengerin Pak Burhan yang sejak jam pertama tadi sebenernya Jenny ga ngerti membahas tentang apa. Beruntung hari ini Dina dan Jenny duduk di kursi paling belakang, jadi kecil kemungkinan ketahuan Pak Burhan kalo mereka lagi ngobrol bisik – bisik.

Kalo dipikir – pikir Dina bener banget ya. Masa gue mau galau terus. Tapi sulit banget buat ngelupain Bobby. Hmmm, ntar istirahat gue tanya Igha deh, kayaknya dia lebih tau.

“Jen!!!!“

“Dina! Loe bisa nggak sih klo ga usah teriak – teriak gitu?“

“hehe, loe gue panggil daritadi ga nyahut“

“loh? Pak Burhan mana Din?“

“Bel istirahat udah daritadi nonaaaa, yok kantin yok, gue laper nih“

“ehhhmm, loe duluan aja deh, gue mau ke kelasnya Igha dulu“

“yakin loe? sekalian cuci tuh muka, kusut banget...“

“Iya iya! ngeselin banget loe“

Dina melenggang, sementara Jenny langsung menuju ke kelasnya Igha.

“Dina bener banget Jen, loe harusnya mulai ngebuka hati loe. Gue bingung, kerjaan loe setahun ini galau mulu, kapan loe move on nya? Ingat Jen bentar lagi kita ujian, lulus, kuliah, trus misah deh. Masa loe mau terus – terusan jomblo en galau, sementara banyak cowok cakep yang ngantri mau jadi pacar loe. Contoh tuh kak Andre udah cakep, pinter, lulusan terbaik lagi. Udah gitu pacaran sama cewek terpintar di angkatannya. Ayo dong Jen move on. Lagian elo ga bisa juga kan balikin Bobby buat jadi milik loe lagi. Gue saranin deh, buka kembali otak loe tuh, buang jauh – jauh Bobby. Lama – lama gue juga kesel denger tentang tuh cowok“ Igha bernasihat panjang lebar.

Jenny terdiam. Sampai pelajaran berakhir, entah ada angin apa, kali ini dia udah ngerasa terbuka otaknya. Dina bener, dia ga mungkin terus – terusan menyesali dan menginginkan waktu kembali lagi. Begitu banyak, bahkan ribuan menit dan detik ia habiskan utnuk memikirkan Bobby yang bahkan Jenny pun ga pernah tau kabarnya lagi. Jenny juga udah bosan dengan semua kegalauannya. Jenny udah bosan bertahan dengan semua sakit hatinya. Lama – lama bisa tua dari umur gue kalo sedih terus. Igha dan Dina bener. Hidup gue masih panjang. Mungkin Bobby salah satu orang yang dititipkan sebentar untuk memberi warna di hidup gue. Gue harus berhenti.

Malamnya Jenny membuang semua yang berhubungan dengan Bobby. Semua kontak dan barang – barang yang ingetin dia sama Bobby. Semua foto – foto dia sama Bobby, dia hapus permanent dari semua gadgetnya. Tak terkecuali semua foto print out yang tertempel di dinding kamarnya. SEMUA. Semua kenangan liburan di Bali, foto – foto pas ulang tahun Jenny Bobby kasih surprise, dan yang paling nyakitin, foto – foto Bobby bersama Jenny, Kak Andre, pacarnya kak Andre, Mamah, dan Papah. Semakin Jenny ngeliatin foto – foto itu semakin nyeri di hati Jenny. Dia sangat menyadari, bahkan sesadar – sadarnya. Bobby tetap tersimpan dihatinya, entah sampai kapan. Tapi semakin yakin juga Jenny bahwa semuanya ga akan kembali, seperti kata Dina, Jenny harus bisa mengatasi sakit hatinya.

Setelah semua barang – barang itu terkunci rapat di peti, Jenny memasukkan peti tiu ke gudang. Jenny membuka laptopnya lagi, membuka semua catatannya selama setahun. Jenny membuka document baru, disana ia mengetik.

“Jika aku menyayangimu, itu bukan sepenuhnya salahmu. Tapi itu salahku yang tak pernah mengerti bahwa waktu bisa merubah segalanya. Jika aku tetap menyayangimu, itu juga bukan sepenuhnya salahmu, itu hanya salahku yang tak bisa mengerti keadaan. Hanya saja, ternyata waktu kemudia mampu membuatku mengerti keadaan. Beribu waktu, menit, jam, bahkan tak terhitung hari kuhahabiskan pikiran dan sedihku untuk mencintaimu. Aku tak pernah berhenti, hanya saja aku beristirahat , mencoba lebih memahami waktu.“

Even you are not be the part of me anymore, I am the lucky one that had have you in my life. I have to move on even my heart stil doesn’t understand what my mind’s sugestion. You are the colors of my life that gave me a pain part and beautiful part. Thats why I have to move on. 

Jenny turn off laptopnya, mencoba memejamkan mata. Berharap besok akan ada waktu untuknya menebus kembali waktu yang terbuang.
*****

JARAK DAN KITA

JARAK DAN KITA
oleh: Lelie Liana


trangggg!! awwww

Jenny sukses mengacaukan suasana pagi di rumahnya.

“aw, ini gelas kok bisa jatuh sih Jen?” Bunda memandang pecahan gelas yang berserakan di lantai

“ maaf Bund, Jenny nggak sengaja” dengan tampang yang sedikit didramatisir Jenny meminta maaf

“ makanya, lain kali jangan minum sambil ngelamun!” Bang Tyo nimbrung tanpa diminta

“ih nyebelin banget sih,bukannya bantuin malah ngomporin” Jenny ngedumel dalam hati

“ sudah, abang jangan bikin suasana tambah kacau ah, Jenny, rapiin bekas gelasnya yah, habis itu langsung sarapan di ruang makan, ayah udah nungguin dari tadi tuh “ Bunda berkata sambil berlalu

“ Iya Bund” Jenny mengangguk sekaligus memeletkan lidah tanda kemenangan ke arah bang Tyo yang terlihat kesal karena komporannya hari ini nggak berhasil

“ wee, emang enak dikacangin! Hahaahaha” Jenny membersihkan pecahan gelas yang berantakan dan berlalu meninggalkan abangnya yang terlihat masih kesal karena usahanya sia – sia.

Begitulah yang terjadi setiap hari di keluarga Subagiyo, pengusaha yang kesehariannya terkenal sebagai seseorang yang low profile dan penuh dengan kedipsiplinan dan kerja kerasnya. Jenny, Putri kedua dari Pak Subagiyo dan Bu Ratna. Nama lengkapnya Jennyfer Ken, cantik, pintar, bersikap manja dan ramah, namun sedikit ceroboh. Baru duduk di kelas dua SMU, dan menjabat sebagai wakil ketua osis. Andre Johntyo adalah putra pertama. Lahir sabagai anak laki – laki dengan tampilan fisik nyaris sempurna dan selalu mampu membuat mata kaum hawa tak mampu berpaling. Jago basket, juara olimpiade komputer, ketua osis, dan selalu juara kelas. Alhasil kakak beradik tersebut menjadi populer di kalangan makhluk sekolah yang notabenenya adalah sekolah swasta favorit dengan lebih dari seribu siswa. Dan tak mudah untuk menjadi seseorang yang top di sekolah, itulah yang dirasakan oleh Jenny. Setiap hari ia harus tahan godaaan dan terpaan gosip yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tak pernah puas jika ngeliat Jenny bahagia. Seperti yang terjadi pagi itu.

“ ssttt, si nona perfect mau lewat, minggir, beri jalan” teriak Nita, ratu gosip sekolahan. sifatnya nggak jauh – jauh dari ratu gosip pada umumnya, suka sirik, panas kalau ngeliatin orang yang lebih “ wah “ darinya, dan yang pastinya bahan sekecil apapun bisa dijadikan gosip. Tapi meskipun udah dipermalukan berkali – kali, tetap aja Nita menjadi Ratu gosip, seperti pagi ini, udah jadi kebiasaan Nita setiap Jenny datang, selalu dikatan si nona perfect, jadi Jenny tetap tenang nanggepin Nita.

“ eh nona perfect, tadi lu dicariin tuh sama Bobby“

Ciii! Kontan mendengar nama Bobby, Jenny langsung noleh.

“ serius lu?”

“tapi BOHONG! Hahahaaaa” Nita tertawa puas sudah berhasil membohongi Jenny

“ sialan! Kalau bukan gara – gara masih pagi, udah gue jitak lu! “ guman Jenny kesal lalu masuk kelas . Di kelas , Jenny meletakkan tas volcomnya dengan kesal

“ wess, si nona perfect udah datang, napa tuh muka, pagi – pagi jelek banget “ tegur Igha, sahabatnya yang sekaligus ketua kelas

“ gue sebel sama Nita, pagi – pagi gue kena kibul sama dia “

“ ahahaha, nasib lu! Udah tau dia ratu gosip, masih aja lu percaya sama omongan dia” Igha tertawa geli

“ abisnya dia bilang Bobby nyariin gue, ya spontan aja gue noleh “

“ heh? Bobby ? lu masih ngarep sama dia, Jen? Bukannya dia udah pindah ke luar negeri? Lagian lu sih ga mikir, kalau dia nyariin lu, ga mungkin dia datangin si Nita, secara otomatis dia bakalan ngasih tau lu dulu kan sebelumnya “ Igha mencoba untuk menganalisis keadaan.

“ iya sih gue tau, tapi siapa tau aja dia mau datang tanpa pemberitahuan dan mau ngasih surprise ke gue “ lanjut Jenny membela diri.

“ yeee, ngarep lu Jen! “ Igha tersenyum geli.

“ huh, garing lu! “ jenny kesal . beberapa menit kemudian ia sudah asyik bersama i-pod nya. Igha memandang Jenny. Ia tau betul siapa Jenny dan bagaimana perasaannya sekarang. sudah tiga bulan lebih Jenny memendam sakit hatinya sama Bobby. Satu sekolah juga tau, kalau setahun yang lalu Jenny dan Bobby adalah pasangan paling serasi. Jenny adalah nona perfect, dan Bobby adalah tuan perfect.

Setahun yang lalu, Bobby bukan satu – satunya cowo perfect di mata Jenny. Masih banyak cowo – cowo nyaris perfect lainnya yang nyatain cinta ke Jenny dan ditolak. Tapi satu hal yang ngebedain Roy sama cowo – cowo lainnya. Dia cowo yang dewasa. Awalnya Jenny menganggap Bobby hanya sahabat, tapi kedekatannya dengan Bobby tanpa sadar membuat Jenny begitu merasakan bahwa diantara mereka bukan hanya sebagai sahabat , tapi lebih dari itu. Hubungan mereka berlanjut, seperti yang Jenny rasakan, akhirnya mereka jadian selama enam bulan. Bukan waktu yang singkat untuk menjalin sebuah hubungan, tapi Bobby lebih memilih untuk mengakhiri hubungan itu karena jarak. Bobby pindah ke luar negeri, itu cukup membuat Jenny down dan nggak mau pacaran lagi, sampai sekarang.

“ dueng! Ngelamun terus loe, Bobby Bobby Bobbyyyy, Jenny kangen nihh, hahahahhaa” igha ketawa ngakak

“ sadis loe, bete gw”

“ abisny muka loe jelek banget kalo lagi bengong gitu, udah ah, ntar ga ada yang naksir loh “

“ masa sih gha,perasaan muka gw ga gitu - gitu banget deh”

“ iya tau, tapi jangan gitu juga kalii, udah ah, jangan ngelamun lagi “
Begitulah kehidupan Jenny, nyaris PERFECT, mirip cerita di novel – novel dan cerpen, tapi sayang kehidupan cintanya tak begitu sempurna .

Tok tok tok

“masukk”

Tralaaaaa, Surpiseeee
...
“Jen? Are you ok?”
...
“hello”
...
“hey!”

“oh, sorry! Bobby? ini beneran loe?”

“Iyalah, masa arwah gue, gile lu, gue masih idup kalii”

Oh my God, Bobby cakep banget, Jenny sampe pangling

“Stress lu ya, kapan lu balik ke Indo? jahat, kenapa sih lu ga bilang ke gue?”
“idihh nona cantik ngambek, gue udah di Indo kemaren, sengaja aja bkin surprise buat lu”

“ihhh nyebelin, gue kangen banget sama lu”

“hmmm, beneran?”

“tapi BOHONG! hahaha”

Malamnya Jenny terlihat senang, bukan mimpi tapi ini nyata, sekarang Roy ada di hadapannya, bahkan have dinner bareng.

“hmmm, Bobby..”

“ya Jen, kenapa? ngomong aja”

“hmm... lu masih punya rasa ga sama gue?”

“rasa? rasa apaan? rasa jeruk, apel, atau mangga?”

“garing! gue serius!”

“ops, ok nona manis, sorry. hmmmmm, gimana ya Jen, gue masih sayang sama lu, tapi lu ngerti kan, gue ga mungkin balik lagi ke Indo, banyak hal yang ga mungkin dalam hubungan kita, lagian gue udah punya seseorang disana”

DEGGGGG!

Tiba – tiba Jenny merasakan periihhhhh yang sangat perih didadanya. Ternyata cinta tak mampu mengalahkan jarak dan waktu. Perlahan Jenny menjauh.

Here is no love anymore, It will be love if you and me together..


THE SECRET OF LOVE

THE SECRET OF LOVE

“Jika engkau merasakan cinta pada seseorang, katakanlah. Berani. Jujur dan jangan ragu. Tapi, jika tidak, ucapkanlah dengan tegas bahwa engkau tak menyukainya.”
Kata-kata yang selalu terngiang dan telah terpatri di kepalaku sebelum aku bertemu dengan gadis ini. Gadis manis, berwajah mungil dan berlesung pipi. Gadis elok yang telah mencuri hatiku dan menyimpannya, hingga tak dapat aku temukan pecahan hatiku. Gadis yang mampu membuatku tak mampu berkata-kata. gadis yang mampu membuatku tak dapat mengingat kata-kata yang selama ini telah bersarang di kepalaku. Aku tau, mungkin aku sudah gila atau apalah itu. Aku tak ngerti dan tak paham dengan apa yang sedang kualami sekarang. Yang ku tau hanya aku ingin bersama, menggenggam tangannya dan melindunginya. Aku ingin menjadi seseorang yang mampu menjadi penopang hidupnya. Pengobat rasa sedihnya.
Gadis manisku. Aku ngerasa kamu hanya impian yang tak dapat kugapai. Aku ngerasa tangan ini tidak sanggup untuk meraih tanganmu. Seandainya engkau tau, aku disini menunggumu, menantimu untuk mengambil setengah hatiku yang telah kau curi. Aku ingin kau ada disini, menemaniku. Hidup bersamaku di sisa umurku.

Kututup diaryku, sambil terus membayangkan gadis manisku. Kulihat waktu telah larut malam. Beranjak ku menuju tempat tidur. Aku ingin istirahat dan memimpikan gadis itu. Walau hanya mimpi, aku ingin bertemu gadis itu lagi. Mengobrol dan melihat senyumnya yang mampu membuatku terpana. Kupejamkan mata sambil terus dan terus membayangkan wajah gadis manisku. Hingga lelap dan pulas.
* * *
“Satria….. cepat bangun. Kamu tak pergi melukis hari ini????”
Samar-samar kudengar suara mama yang memanggilku. Dengan berat dan perlahan kubuka mata yang terpejam ini. Kucari-cari jam yang biasa kuletakkan di meja samping tempat tidurku. Betapa kagetnya aku ketika jarum jam telah menunjukkan pukul 09.00, yang artinya aku telah terlambat setengah jam untuk memulai aktifitas rutinku. Membantu orang yang ingin memiliki potret diri. Segera aku mempersiapkan diri dan berangkat menuju tempat yang biasa kugunakan untuk melukis.
Hari masih pukul 09.00, namun sinar matahari sangat menyengat. Kususuri jalan yang ramai itu dengan peralatan lukis yang tersampir di pundakku dan sebuah lamunan di sepanjang jalan.
Ya, inilah aku. Satria seorang pelukis jalanan. Seorang pelukis yang kesehariannya hanya untuk melukis orang-orang tanpa dibayar. Kadang aku mendengar orang-orang di sekitarku berkata, untuk apa aku melukis tanpa dibayar, hanya buang-buang waktu aja. Tapi aku senang dan menikmati kehidupanku ini, karna aku sadar hidupku tinggal sebentar lagi. Aku ingin hidupku berguna untuk orang lain. Walaupun aku sadar aku lemah, namun ada sesuatu yang mampu membuatku semangat menjalani kehidupanku ini.
“Satria.”
Inilah seseorang yang mampu membangkitkan semangatku untuk hidup. Seseorang yang juga mampu menggetarkan hatiku. Tara. Dialah gadis manisku yang hanya menjadi impian dalam hidupku. Tara adalah sahabat kecilku. Dia yang selalu menghibur dan memberikan semangat hidupku. Sebagian masa kecilku, kuhabiskan hanya untuk bersamanya. Aku tidak pernah menyangka, perasaan yang awalnya hanya sebatas sahabat berkembang menjadi rasa cinta yang sangat dalam. Tara tidak pernah tahu perasaanku ini. Aku berusaha menyimpannya rapat. Aku tidak pernah ingin Tara tahu rasa cinta yang tumbuh dalam hati. Aku tak ingin hubungan persahabatan ini hancur hanya karna cinta. Aku tak pernah ingin jauh darinya, karna hanya dia penopang hidupku.
Kulihat Tara berjalan menghampiriku sambil melambaikan tangannya yang mungil. Di sampingnya berjalan pula seorang pria yang menggandeng tangannya. Donny. Pria yang berarti dan berharga baginya. Pria yang juga aku kenal sebagai salah satu teman satu jurusannya. Dia pria yang baik dan menyayanginya sepenuh hati, aku senang Tara mendapat pria seperti dia.
“Hai…., Sat. Boleh tidak kami minta kamu buat melukis kami berdua????? Aku suka sekali sama lukisanmu.”, rengek Tara.
“Bener Sat. Aku dengar kamu jago banget melukis. Pasti keren sekali ntar hasilnya.”, kata Donny menambahkan.
“Kalian itu tak usah memujiku seperti itu, nanti aku bisa jadi besar kepala.”, jawabku.
“Baiklah. Aku akan lukis kalian sebagai hadiah dariku kar’na kalian baru jadian. Ayo duduk di kursi itu. Aku akan mulai melukis.”, lanjutku.
Mereka pun menuju kursi yang aku sediakan. Rasanya ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya melihat gadis manisku dipeluk pria lain. Ingin sekali aku merebutnya dari tangan pria itu dan memeluknya. Namun, segera kutepis semua pikiran itu jauh-jauh dan mulai melukis. Pertama kalinya aku merasa sakit dan perih sekali saat melukis, biasanya tak pernah sekalipun rasa ini melingkupiku saat aku melukis. Biasanya aku melukis dengan gembira dan senyuman. Karna aku cinta melukis. Akhirnya lukisanku selesai.
“Gimana lukisannya?????”, Tanya Tara sambil menghampiriku.
“Bagus sekali. Kamu selalu cantik sekali walau hanya dalam lukisan.”, gumamku.
“Apa Sat?? kau bicara apa barusan??? Aku tak dengar.”, tanyanya.
“Kalian pasangan yang serasi.”, jawabku sambil tersenyum pada mereka.
“Terima kasih.”, ujar mereka berbarengan.
* * *
Sejak hari itu, aku tak pernah bertemu Tara. Dia selalu sibuk dengan pacar barunya. Aku tak kan bisa marah, kar’na setiap kali aku lihat senyumnya saat bersama Donny, aku akan bahagia. Aku telah memutuskan. Aku ingin menjauh darinya. Aku ingin menjaga hatiku. Setiap kali aku melihatnya dari jendela kamarku, aku selalu ingin memeluknya sambil mengucapkan betapa besar rasa cintaku untuknya. Aku harus pergi dari sini. Aku akan menuju tempat dimana aku tak bisa bertemu lagi dengannya. Aku ingin lari dengan kenyataan ini. Aku akan membawa penyakitku bersamaku.
1 TAHUN KEMUDIAN
Mentari sangat hangat, seperti hatiku sekarang. Kicau burung yang indah juga telah membangkitkan semangatku. Ya. Disinilah aku. Di tempat yang paling indah yang pernah aku kunjungi. Tempat yang mampu mengembalikan semua semangat hidupku. Pulau Lombok. Pulau yang memiliki keindahan alam yang indah dengan pantai yang terbentang luas. Tinggal selama 1 tahun disini, membuatku merasa semua kepenatan, kesedihan dan keterpurukan hilang diterpa ombak.
“Den Satria……. Ada telpon dari teman Anda.”, teriak Mang Ujang. Seorang pria tua yang membantuku sejak aku tinggal disini.
“Dari siapa Mang?”, tanyaku.
“Kalau tak salah, dari emm….. Tara. Oiya, dari Non Tara. Katanya teman Anda di Jakarta.”, jawabnya.
Aku kaget. Hancur sudah pertahanan hatiku saat ini. Gadis manis yang kuputuskan untuk kulupakan dengan tinggal disini meneleponku. Aku terima gagang telepon yang Mang Ujang sodorkan padaku. Aku takut. Aku takut banget.
“Halo.”, sapa seseorang di seberang sana.
Aku tak tau mesti gimana. Aku ingin membuang telepon ini, tapi aku juga rindu pada pemilik suara ini. Akhirnya aku tersadar bahwa seseorang di seberang sana sedang menunggu jawaban dariku.
“Halo, Tara.”, jawabku.
“Ha….. benar ini kau Satria. Satria temanku. Satria pelukis jalanan.”, ujarnya dengan semangat.
“Benar. Selama kau masih punya satu nama Satria dalam hidupmu selama aku tinggal jauh darimu.”
“Aku rindu kau, Sat.” ujarnya lagi.
Betapa kagetnya aku. Ternyata gadis manisku merindukanku. Saat ini rasanya aku sedang menembus awan dengan seekor burung rajawali yang kuat dan kekar. Jantungku seakan meloncat, hingga aku tak dapat menahannya.
“Aku juga rindu kau, Tara. Sangat rindu.”, jawabku.
“Kapan kau kembali kesini Sat??? Aku membutuhkanmu. Aku sendirian disini. Aku ingin kau ada disini.”, ujarnya sambil terisak.
“Kau bohong, Tara. Kau telah memiliki seseorang yang selalu ada dan setia menjagamu. Bukankah selalu ada Dony disampingmu??, jawabku.
“(menangis). Dony sakit, Sat. Sekarang dia lagi bertahan untuk hidup. Dia membutuhkan donor jantung. Aku takut, Sat. Hanya kamu yang bisa menyemangatiku saat ini. Aku butuh kamu.”
Aku kaget luar biasa. Aku tak bisa membayangkan gadis manisku terpuruk saat ini. Bagaimana dia bisa melanjutkan hidupnya tanpa orang yang dia sayang. Tiba-tiba aku merasa kepalaku mulai sakit yang luar biasa. Sakit yang benar-benar menyiksa. Gagang telpon pun terlepas dari genggaman tanganku. Aku merasa tubuhku mulai terkulai dengan lemah. Samar-samar aku masih mendengar suara Tara memanggilku di seberang sana.
KEESOKAN HARINYA
Aku bingung. Saat ku buka mata, aku hanya melihat sebuah ruangan yang semua dindingnya tertutup kain putih. Mataku mulai mencari-cari ke sudut-sudut ruangan. Kupaksakan untuk mengucapkan kata “mama”. Tapi yang keluar hanya sebuah gumaman yang tak jelas. Lelah dan letih memanggil, aku pun diam dan hanya menunggu.
5 menit kemudian, aku mendengar suara pintu yang berderit. Aku melihat seorang suster yang mulai berjalan mendekatiku. Dia kaget melihatku telah sadar. Kupaksakan untuk mengeluarkan suara.
“Mama.”, ujarku dengan lirih.
“Anda ingin bertemu dengan Mama anda??”, ucap suster itu.
“Mama.”
Suster itupun keluar ruangan. Sesaat setelahnya aku melihat seorang wanita yang sudah paruh baya sedang menangis sambil berjalan mendekatiku.
“Mama.”
“Satria. Kau tidak apa-apa, Nak?”
“Aku rindu Mama.”
“Aku juga rindu kau.”
“Ma, jangan menangis. Aku sedih melihat Mama seperti ini.”
Kulihat Mamaku mulai membersihkan air mata di kedua matanya. Tampak kesedihan dan ketegaran di matanya. Sakit sekali. Aku merasa lebih sakit melihat Mamaku seperti ini daripada rasa sakit akibat penyakitku ini. Aku mulai terisak. Aku ingat semua pengorbanan yang telah Mama lakukan untukku. Pengorbanan yang seharusnya menjadi tanggung jawab dua orang. Aku ingat ketika Mama dengan sabar merawatku ketika kecil. Aku ingat ketika Mama menyemangatiku. Aku ingin selalu bersamamu Mama. Aku tidak ingin berpisah darimu. Aku sayang kamu, Mama. Maafkan aku Ma. Aku telah merahasiakan penyakitku ini darimu. Aku ingin selalu melihatmu tersenyum. Senyumanmu adalah obat yang paling aku harapkan di dunia ini. Maafkan aku Ma. Aku harus pergi meninggalkanmu.
“Satria. Kenapa kau berbuat begini pada Mama, nak. Apa kau tidak menyayangi Mama lagi? Kenapa kau tidak memberi tahu Mama tentang penyakitmu?”
Aku kaget.
“Dari mana Mama tahu hal itu?”
“Jadi semua itu benar, nak? Kau benar-benar sakit selama ini? Dan selama ini pula kau tidak memberitahu Mama?”
“Ma, maafkan aku. Aku tak ingin melihat Mama sedih. Aku sayang banget sama Mama.”
Tiba-tiba, aku merasakan sakit yang luar biasa lagi. Dan rasa sakit ini lebih menyakitkan daripada waktu itu. Aku berteriak kesakitan. Mama kaget dan segera berteriak memanggil Dokter. Aku masih mendengar suara tangisan Mama. Tangisan yang pilu. Di tengah rasa sakitku, aku ingat Tara. Aku rindu dia. Aku ingin bertemu dengannya.
“Ma.”
“Apa, nak? Apa yang kau rasakan saat ini?”
“Ma. Maukah Mama melakukan sesuatu untukku. Tolong berikan jantungku untuk Dony. Dia kekasih Tara, Ma. Walaupun aku mati, aku ingin tetap bisa bersamanya. Tolong katakan juga padanya kalau aku sangat mencintai dia.”
“Tidak, Sat. Kau tidak akan mati dan tidak akan pernah mati. Kau tidak akan meninggalkan Mama sendirian kan? Mama tak bisa hidup sendiri, Sat. Mama butuh kau disamping Mama.”
“Ma. Tolong aku. Aku ingin bisa berguna walaupun aku sudah mati. Apa Mama ingin aku tidak bahagia disana?”
“Sat. Kenapa kau berkata begitu. Mam tak tega mendengarnya. Tapi kalau itu keinginanmu, baiklah, Mama akan mengabulkan permohonanmu.”
“Terima kasih Ma. Aku sayang Mama.”
Pelan-pelan kututup mataku. Kurasakan hatiku mulai sejuk. Aku merasa terbang dengan damai, bahagia dan ketenangan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku terbang tinggi dan semakin tinggi. Aku melihat keindahan yang sangat luar biasa. Keindahan yang akan kekal selalu. Keindahan yang abadi.

DEWIKU

DEWIKU

oleh: Ibnu Sinyal
pagi buta saat semua anak dikelasnya sibuk menyalin pe-er dikelas ardhi tampak gelisah mondar mandir didepan kelas sesekali wajahnya menatap kearah pintu gerbang dan wajahnya pun kembali murung. wajah ardhi semakin

cemas saat matahari mulai meninggi.. dan wajahnya mulai cerah saat dia melihat seorang gadis manis dengan tas

selempang berjalan kearahnya.. gadis itu zara gadis yang sedari pagi dia tunggu-tungu kehadiranya dengan mimik

sumringah ardhi menyambutnya.. "hai kemana aja sih jam segini baru datang aku kan kuatir ntar kamu telat trus dihukum" koar ardhi begitu

zara ada didepannya. zara tampak bersikap dingin dan mengambil sesuatu dari dalam tas selempangnya , zara mengeluarkan buku tugas

kimianya lalu menyerahkannya pada ardhi.

"udah gak usah basa-basi kamu nungguiin aku mau nyontek pe-er kan nich..." ujar zara dingin.

" hee hee tau aja kamu,, abis semalam aku ketiduran" bales ardhi cengengesan.

"ketiduran kok tiap hari bilang aja.. males buruan salin deh ntar keburu masuk lagi "

" ya udah ku nyalin dulu ya makasih he..he"

"iya " ujar zara males karna udah hampir tiap hari ardhi selalu begitu, manis saat ada butuhnya..

ardhi melesat pergi mencari tempat yang aman untuk menyalin tugas . sementar zara masuk kedalam kelas yang riuh oleh mahluk2 malas yang

belum mengerjakan pe-er . mereka duduk menbundar mengelilingi sebuah buku yg pe-ernya sudah dikerjakan. sambil sesekali melirik jam

dinding lalu buru-buru kembali menyalin dengan raut muka yang pucat pasi takut bel keburu berbunyi .. sebelum mereka sempat menyalin

semua .. ditengah kapanikan teman 2nya yang saling tarik - buku catatan itu .. tiba2 ardhi muncul sambil menggedor-gedor papan tulis.

"to..tok huh gimana negara kita mau maju kalo terus-terusan begini.. pe-er dikerjakan dirumah hoi.." koar ardhi menambah panik seluruh

suasana yang langsung mendapat reaksi keras dari temen2nya yang kalang kabut menyalin tugas disisa-sisa waktu mereka.

"huuuuuh kayak lo ya nggak aja..!"Protes anak-anak sewot campur panik

ardhi berjalan penuh kemenangan diantara kerumunan temen_temannya yang panik bukan kepalang membayangkan seandainya tidak selesai

 menyalin bakalan digantung MR . yon sebutan mereka untuk guru kimia mereka yang galaknya naudubilliah.. ia langsung menghampiri zara

yang tersenyum geli melihat tingkah ardhi.

"huh makasih ya za atas pengertian lo..! nih bukunya " ujar ardhi yang menyalin lebih cepat karena bukunya gak rebutan dan emang sudah

terbiasa nyalin pe-er dengan waktu yang singkat

"perez lo kalo gini aja maniis banget ! coba kalo gak butuh pasti aku cuekin, dasar"

"ow-ow nggak akan dan mungkin ardhi nyuekin gadis multi talent kayak kamu za" koar ardhi dengan rayuan basinya, karna zara udah terlalu

sering digituin .

"ugh ga ada yang lain apa"

"hee belum ngarang nich kasih ide donk..! " koar ardhi cengngesan.

"mmm dhii!" panggil zara malu-malu.

" apaa!"

" aku bisa minta tolong nggak ? tapi kalo nggak bisa juga nggak papa koq" ucapnya ragu-ragu.

" ya ampun za.. ! kalo aku bisa pasti aku mau apaan sih" tanya ardhi penasaran .

"bener nih"

" yakin deh.. apasih yang nggak buat lo auww"

tiba-tiba ardhi di cubit keraas sama zara.

" gombal.. lo..! mm ntar sore anterin ketoko bukunya bisa kan " pinta zara penuh harap.

" ntar sore" ardhi tampak mikir2 sementara zara berharap2 cemas.. " bisa ..! aku anterin" ujar ardhi mantap.

" bener loya awas lo..! jam tiga sore yaa"

" siip! tapi beliin bensin ya lagi bokek nih hee hee!" ujar ardhi cengengesan.

"dasar pelit ! kalo buat cewek lain aja nggak bokek"
-------------------- ----------------------- ---------------------------------------------

dan benar sore hari ardhi menepati janjinya mengantarkan zara ketoko buku mereka berpisah zara sibuk dirak buku tentang sains sementara

ardhi sibuk membaca komik sinchan yang sudah kebuka dasar nggak mau rugi ardhi membaca dengan asyiknya tanpa ada rencana buat beli.

hinga akhirnya ada tangan lembut yang menyentuhnya.

"hei dhii balik yuk" ujar zara mengagetkan ardhi yang lagi asyik baca komik.

" eh udah selesai za nyari bukunya cepet amat"

" ya aku kasian ma kamu pasti bosen nungunya"

"nggak koq' justru aku seneng jadi bisa baca komik gratis hee hee"

zara tersenyum geli melihat ardhi yang udah gede ternyata masih suka baca sinchan.

"sukur deh nih aq ad sesuatu buat kamu.." ujar zara menyerahkan sebuah buku kumpulan rumus-rumus ipa..

"oh makasih za. kebetulan aku juga nyari buku ini lo" ujar ardhi basa basi padahal baru liat sampulnya aja ardhi udah pusing2 belum menbaca

bisa meriang dia.  tapi karena zara yang ngasih ardhi pura-pura suka.

" dhi aku ngasih ini berharap dengan ini kamu mulai mau ngerjain tugas-tugas kamu sendiri..! jangan ngandalin aku terus bentar lagi kan UAN..

maaf ya dhi bukannya aku gak mau nyontekin kamu terus tapi aku pengen kamu sukses dhi..! karna aku nggak mungkin akan bantuain kamu

ngerjain tugas terus" terang zara panjang lebar , membuat ardhi terdiam tak menyangka zara sebegitu memikirkanya, ardhi jadi merasa

bersalah selama ini hanya memanfaatkan zara yang begitu baik padanya.

ardhi masih terdiam tak bisa berkata-kata apa-apa lagi.

"dhi maaf kalo aku nyinggung kamu, kamu boleh koq nggak nerima ini,, dan nyegat aku tiap pagi buat nyontek pe-er" ucap zara merasa nggak

enak hati melihat ardhi hanya terdiam.

"huuuh kamu bener za aku nggak bisa terus ngandalin kamu ! suatu saat aku harus berdri sendiri maksih atas bukunya .. kamu mau kan nganjari aku"

"pasti dhi......! asal ada uang privatnya aja hee hee" ujar zara cengengesan.

"dasar...!"

------------------ --------------------------- ------------------------------------

zara berjalan santai menuju kelasnya pagi ini
 ardhi masih menyegat dia untuk nyontek pe-er tapi makin jarang-dan jarang ,sampai akhirnya tak pernah lagi menunggu didepan kelas untuk

nyalin pe-er lagi walau zara kadang merasa kehilangan tapi dia senang melihat ardhi bisa berubah.

ardhi tiba-tiba menghampiri bangku zara sesuatu yang belakangan jarang dilakukannya.

"hai za"

" ardhi tumben..! da perlu apa nih" ujar zara yang sebenarnya kangen semenjak ardhi bisa ngerjai semua sendiri ia jadi jarang nyamperin zara
lagi.

"aku kesini gak pengen bicara soal pelajaran lagi .tapi pengen ngajak kamu nonton mau ya.. ya..!" ujar ardhi sambil mengedip-ngedipkan mata

konyol.

"boleeh" jawab zara sanbil tersenyum super manis pada ardhi, ungkapan rasa kangen belakangan jarang berbincang....
***

Sabtu, 23 Februari 2013

DI BALIK MATA INI

Cerpen Cinta: DI BALIK MATA INI

Oleh: Nining Suarsini Juhry - Riana duduk di sebuah taman di depan rumahnya sambil memainkan biolanya. Nada-nada indah mengalun dengan merdu. Siapa saja yang mendengarnya pasti akan tersentuh. Meskipun buta riana termasuk perempuan yang sangat berbakat. Dia tergolong dalam orang-orang cacat yang memiliki kelebihan.

Sepuluh tahun yang lalu, saat riana duduk di bangku SD, dia mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Saat itu di tengah bermain kejar-kejaran bersama teman kecilnya yang bernama satria. Pada saat yang sama satria berlari menuju kejalan raya, tanpa di sangka mobil melintas ke arahnya, riana yang melihat kejadian itu langsung berlari ke arah satria dan mencoba menariknya agar terhindar dari mobil itu. Alhasil satria terbebas dari mobil itu tetapi malah dirinya yang tertabrak. Inilah penyebab kebutaannya. Melihat hal itu satria terus-terus saja di hantui rasa bersalah yang amat mendalam sampai sekarang ini. Dia rela melakukan apa saja demi menebus rasa bersalahnya terhadap riana bahkan dia rela mendonorkan matanya tetapi riana menolaknya. Hingga pada akhirnya satria mengikuti orang tuanya ke luar negri.

Hari-hari riana di isi dengan kegelapan. Dia tidak pernah merasa putus asa maupun mengeluh. Dia tetap saja menikmati hari-harinya dengan senyuman. Dia tidak pernah menjadikan kebutaannya ini sebagai alasan untuk terpuruk. Justru dia merasa beruntung karena masih di beri kesempatan untuk hidup dan menjalani hari-hari.Kadang-kadang riana diliputi rasa rindu dengan satria sahabatnya. Sudah tiga tahun mereka tidak pernah bertemu. Meskipun kehilangan satria riana memiliki teman baru yoga namanya. Mereka bertemu di tempat les biola. Yoga adalah laki-laki yang baik, meskipun belum lama berkenalan tetapi dia sangat baik dan perhatian terhadap riana. Entah mengapa setiap berada di dekat goya riana selalu merasakan sesuatu yang aneh. Dia selalu merasa kalau yoga seperti tidak asing baginya dan terasa sudah lama mengenal yoga. Tapi siapa pun dia, riana sangat berterimah kasih karena sudah baik padanya dan selalu membuat dia bahagia.

Sebulan pun telah berlalu, yoga dan riana makin akrab saja. Suatu hari riana menangis karena rindu akan sahabatnya yang telah lama meninggalkannya. Yoga yang tidak tega melihat riana menangis akhirnya menghiburnya dan mengembalikan senyum cerianya kembali. Dia selalu membuat hari-hari riana penuh dengan keceriaan dan selalu ada disaat riana butuh dimana pun dan kapan pun. Riana sangat berharap suatu hari nanti ketika keajaiban datang menghampirinya dan dia sudah dapat melihat lagi, orang yang akan ia temui pertama kali adalah yoga, dia ingin menatap wajah yoga dan membelainya, sekaligus ingin berterimah kasih karena sudah baik padanya.

Kebersamaan mereka yang di rajut untuk beberapa bulan saja akhirnya kandas di tengah jalan. Entah mengapa yoga tiba-tiba menghilang dan sulit sekali untuk di hubungi. Lagi-lagi riana harus ditinggalkan oleh orang-orang ia sayangi. Dia sangat sedih karena harus menerimah kenyataan itu dan lebih menyedihkan lagi, di saat dia akan melihat lagi dia harus kehilangan yoga. Padahal selama ini dia selalu mengimpikan akan melihat yoga dan berbagi kebahagiaan dengannya. Setelah sekian lama menunggu donor mata, akhirnya ada juga pendonor mata yang datang. Entah siapa pendonor mata ini, identitasnya sangat di rahasiakan. Menurut dokter belum saatnya kamu mengetahui siapa pendonor mata ini, nanti setelah kamu melihat baru bisa mengetahuinya. Hatinya begitu galau mendengar pernyataan dokter karena dia ingin sekali berterimah kasih pada sang pendonor mata.

Seminggu setelah operasi mata berjalan. Akhirnya riana sudah bisa melihat indahnya dunia ini. Apa-apa saja yang dulu ia tidak bisa liat akhirnya dia bisa melihat, menyentuh dan merasakannya. Bahkan wajahnya pun akhirnya sudah bisa ia lihat di depan cermin. Dia sangat bahagia.

Tak ada kata-kata yang ia dapat ucapkan selain beryukur kepada yang di atas. Diam-diam dia meneteskan air matanya. “andaikan yoga dan satria ada di sini”. Ucapnya lirih. Tiba-tiba saja dia di kagetkan oleh panggilan mamanya, dia lalu buru-buru menghapus air matanya. Dia kaget dan sedikit heran ketika mamanya memberikannya sebuah surat. Buru-buru ia membacanya. Setelah membaca isi surat, tak kuasa ia menangis dan berteriak sekeras-kerasnya. Ternyata pendonor matanya adalah satria alias yoga. Selama ini orang yang bernama yoga adalah satria, di memberikan matanya karena dia ingin melihat riana bahagia dan sebagai wujud rasa bersalahnya di masa lalu. Riana tak kuat lagi, dia terus-terus saja menagis. Dan lebih membuat hatinya hancur adalah pendonor matanya adalah sahabatnya sendiri. Entah apa yang harus ia lakukan, dia belum sempat berrterimah kasih karena tiga hari setelah operasi satria sudah berangkat ke luar negri.
 
Ini merupakan kejadian yang amat tidak bisa di lupakan riana, karena di balik matanya terdapat mata satria. Mata riana adalah mata satria, begitupun sebaliknya. “jaga mataku baik-baik riana, aku sangat bahagia bisa melihatmu bisa melihat lagi. Senyum mu adalah bahagiaku”. Begitulah pesan terakhir di isi surat satria.

Mata adalah ciptaan terindah yang di berikan oleh allah. Salah satu hadiah yang sangat luar biasa yang diberikan oleh allah adalah penglihatan.

Read more: http://cerpen.gen22.net/2011/12/cerpen-cinta-di-balik-mata-ini.html#ixzz2LnISgRh7

CINTA ITU GA HARUS MEMILIKI

CINTA ITU GA HARUS MEMILIKI

Oleh: Windi Adewi - Kisah ini berawal dari dua orang sahabat yang selalu bersama-sama, dan pada suatu hari mereka mendapat tugas untuk membuat kliping , , mereka pun pergi ke rental bersama, waktu disana mereka bertemu dengan seorang mahasiswa yg kebetulan juga sedang mengerjakan tugasnya. dia tertarik sama salah satu dari mereka dan dia pun ngajakin kenalan ,
”hai, boleh kenalan ,aku arief. nama km siapa ? boleh minta nomer hpnya ?” “mmm , boleh , aku putri,kakak namanya arief ya ?” oke, kalo gitu mana hp kakak nanti aku tulis nomer ku di hp kakak”. “yauda , nih “. “Udah nih kak, “
“Yauda makasih ya, nanti aku sms kmu , kalo gitu aku cabut dulu, aku masih ada urusan di kampus”.
“iya kak, sama – sama”.
Lalu mahasiswa yg bernama arief itu pun pergi dan meninggalkan rental , putri cerita sama sahabatnya kalo dia baru aja kenalan sama mahasiswa yang tadi baru aja dari situ.

               Sepulang dari rental sama sahabatnya itu , putri beristirahat sejenak , dan baru beberapa jam hpnya ditaruh dimeja belajarnya , hpnya bunyi dan berdering, ternyata setelah dia lihat ada sms dari nomer yang gak ada namanya, putri lalu membuka smsnya.

               Ternyata sms itu dari kak arief yg tadi ngajak kenalan putri di rental ,katanya dia seneng banget bisa kenal sama putri dan dia pengen kenal lebih deket lagi sama putri.

               Begitu seterusnya setiap hari mereka selalu smsan hingga saling mengenal satu sama lain dan ternyata arif adalah salah satu mahasiswa politeknik di Semarang jurusan konversi energi semester 6 yang lagi menyelesaikan skripsinya , itu berarti sebentar lagi dia diwisuda dan dapet gelar diploma.

               Seiring berjalannya waktu mereka sering jalan bareng dan putri juga sering cerita sama sahabatnya tentang arif.
“ aku mau cerita sama kamu nih , ,”
“iya, cerita aja , ,”
“ternyata kak arif itu masih kuliah lo , , tapi dia lagi mau nylesaiin skripsinya”
“trus , ,? ‘
“ ya itu berarti kuliahnya bentar lagi mau selesai donk , trus dia diwisuda “
“trus kenapa , bukannya itu bagus yah, kok jadi kamu yg sedih, harusnya kamu seneng donk”
“ iya, tapi kak arif bilang kalo dia udah diwisuda nanti, dia mau pindah dan nyari kerja di kampung asalnya, dia juga bilang dia mau kumpul sama semua keluarganya disana, dan mungkin dia bakalan tinggal disana selamanya, ya kemungkinan juga dia ga akan balik lagi kesini”
“oh gitu , emang kampung asalnya dimana sih , ?”
“ Nias, berarti jauh banget kan , , ?
“ iya seh , trus kenapa kamu sedih banget ? dia kan bukan siapa2 kamu ?apa jangan2 kamu suka ya sama dia ?udah ngaku aja”
“ ga tau nih, tapi jujur aja ya , aku jadi sedih banget kalo emang dia bener2 mau pindah jauh dari sini, ga kebayang mungkin ga akan ada lagi orang yg bisa aku anggep sebagai kakak cowok aku sekaligus sebagai temen curhat yg selalu ngehibur aku disaat aku lagi sedih’’
“mmm . . aku tau kok perasaan kamu, yah tapi kan masih lama juga, sekarang kan dia masih dalam proses ngerjain skripsinya , jadi kamu santai aja, gak usah dipikirin , lagian kan masih ada aku ,iya kan? Aku janji kok aku bakalan selalu ada saat kamu butuh temen curhat ,oke ?’
“ yauda, makasih ya . . .kamu emang sahabat aku yang paling baik deh “
“iya, sama – sama put “

Hati putri jadi lega setelah curhat sama sahabatnya,Tapi putri juga sedih karna udah beberapa bulan ini kak arif udah gak pernah ngajak dia ketemu lagi , bahkan buat sms putri aja uda jarang, putri jadi mikir apa mas arif uda pergi jauh tanpa sepengetahuan putri dan gak ngasih tau putri .

               Tapi disaat putri lagi gelisah gak karuan tiba – tiba hp putri bunyi, dan pas dia buka ternyata ada sms dari kak arif, hati putri pun seneng banget , dan saking senengnya dia langsung buka smsnya karna putri pengen tau isi sms itu.ternyata akhir2 ini ms arif udah gak sms putri lagi karena dia lagi sibuk ngerjain skripsinya, dan dia juga bilang besok minggu dia mau ngajakin putri jalan2 ke pantai karna dia pengen banget ketemu sama putri.

               Putri seneng banget soalnya uda lama dia gak ketemu sama kak arif , tiba – tiba dia diajakin jalan , dan tanpa berfikir panjang , putri mengiyakan ajakan kak arif, karna dia juga pengen banget ketemu sama kak arif.

               Hari minggu pun tiba dan tepatnya waktu menunjukan pukul 05.00 kak arif nunggu putri di gang rumah putri , dan beberapa menit kemudian putri dateng memakai cardigan ungu dengan hot pan item , ,setelah liat putri,kak arif langsung nyalain mesin motornya dan mereka langsung beranjak dari tempat itu.

               Setibanya di tempat itu, mereka langsung cari tempat yang nyaman buat ngobrol berdua, lalu mereka pun duduk di pasir sambil menikmati sunrise ,trus kak arif tiba2 ngomong.
“put, kamu tau gak sebenernya aku ngajak kamu kesini mau ngapain ?”
“gak tau kak, emang kenapa ?”
“aku pengen ngomong sesuatu sama kamu, eh sebenernya banyak sih “
“emang apa sih kak?”
“tapi jangan marah ya , janji dulu?”
“iya deh”
“sebenernya , dulu waktu pertama kali kita ketemu, aku pengennya kenalan sama temen kamu, tapi aku gak berani ngajak kenalan dia, makanya aku ngajak kenalan kamu yg waktu itu gak terlalu sibuk , mulai dari situ aku punya ide , mungkin dari perkenalan kita dan kedekatan kita aku bisa minta kenalin ke kamu sama temen kamu itu , tapi aku takut kalo aku nyinggung perasaan kamu”
“jadi, ternyata selama ini ms Cuma pura2 deket sama aku biar bisa kenal sama temen aku itu ? ,kok kak arif tega sih sama aku ,padahal aku udah naruh harapan sama kakak, dan aku fikir kakak suka sama aku , tapi kok ternyata malah kayak gini, kalo kayak gitu kenapa kakak gak bilang aja sama aku dari awal , kalo gitu kan aku gak bakalan sakit hati kayak gini . aku gak nyangka ternyata kakak kayak gitu, dan kakak ngajak aku kesini Cuma mau bilang itu , oke kalo gitu hubungan kita cukup sampai disini aja, sekarang tolong anterin aku pulang, pliisss aku gak mau denger apa2 lgi dari kak arif”

               Sambil menangis putri langsung diantar pulang , sesampenya dirumah putri langsung pergi ninggalin arif, tanpabicara apa2. Tapi beberapa jam kemudian hp putri bunyi dan taunya ada sms masuk dari kak arif.dia minta maaf sama putri , tapi sebenernya masih ada lagi beberapa hal yang masih mau dia omongin, dia juga bilang bulan depan dia mau pindah ke Nias, karna minggu depan udah diwisuda, dan mau ngurusin kepindahannya, jadi dia mohon banget buat ketemu putri untuk yg terakhir kalinya dua hari sebelum dia pergi, dia bakal tungguin putri di gang rumah putri.

               Kemudian hari yg ditunggu – tunggu pun tiba, dua hari sebelum Arif pergi , Putri bingung apa dia emang harus ketemu apa enggak, tapi putri juga penasaran sebenarnya apa seh yang mau diomongin sama kak arif lagi ke putri, akhirnya putri ngambil keputusan kalo dia mau nemuin Arif buat yg terakhir kalinya.

Setibanya digang , ,
“mmm, akhirnya kamu mau temuin aku juga put “
“uda deh, gak usah basa basi , emangnya kak arif mau ngomongin apa lagi sih ke aku ?”
“aku Cuma mau bilang kalo sebenernya aku suka sama kamu , aku sayang kamu put.“
“loh, bukannya kakak waktu itu bilang , kakak itu suka sama temen aku, trus kenapa tiba2 sekarang bilang kalo suka sama aku,sayang sama aku? maksudnya apa sih?”
“emang pertama kali aku kenal kamu , aku emang masih suka sama temen kamu , tapi hanya sebatas suka dan gak lebih, tapi setelah aku deket dan jalan bareng sama kamu, aku jadi suka sama kamu, dan aku ngerasa aku pengen selalu deket sama kamu, dan aku pengen banget ngelindungin kamu , beda banget sama perasaan aku ke temen kamu, aku pengen deket sama temen kamu, itu karna aku pengen dia jadi adek aku , soalnya dia itu mirip sama adek aku yang jauh di Nias sana, tapi kalo sama kamu, lebih dari perasaan seorang kakak ke adik, sebenernya aku gak pengen ninggalin kamu, tapi mau gimana lagi, aku harus pulang ke Nias karna aku udah diterima kerja disana, aku harap kamu bisa maafin kesalahanku selama ini, dan kamu gak akan lupain aku, dan kenangan selama kamu kenal sama aku “
“hmm gitu yah,oke deh, aku maafin kakak, aku gak akan pernah lupain kakak, dan aku gak akan lupain kenangan aku sama kak arif, aku juga sayang sama kakak.”
“makasih putri, aku harap walaupun kita gak bisa sama2 , kamu jangan pernah lupain rasa sayang aku ke kamu ya, janji ya?”
“iya kak”
“yaudah, aku pamit dulu , jaga diri kamu baik2 ya“

               Abis ngomongin perasaannnya ke putri, kak arif langsung pergi ninggalin putri, putri yg lagi sedih juga pergi ninggalin tempat itu, setelah dia sampe dirumahnya, dia ketemu sama sahabatnya, putri cerita semuanya dari awal sampai akhir tentang arif, sahabatnya bilang
“ sabar aja put, kalo emang uda takdirnya begitu mau gimana lagi , lagian cintamu gak bertepuk sebelah tangan kan, dan kalo emang kalian itu jodoh kamu, pasti gak akan kemana2 kok, lagian kata orang cinta itu gak harus memiliki . “

Akhirnya setelah dihibur sama sahabatnya, putri gak sedih lagi, putri ngambil hikmah dari ini semua, putri juga yakin, apa yg dibilang sahabatnya itu emang bener, kalo cinta itu gak mesti harus memiliki.

Read more: http://cerpen.gen22.net/2011/12/cinta-itu-ga-harus-memiliki.html#ixzz2LnICI57q